Selasa, 14 Desember 2004

Anggota DPRD Banyuwangi Diperiksa Polda

Surya, 14 Desember 2004

Surabaya, Surya - Mantan Wakil Ketua DPRD Banyuwangi dari Fraksi Golkar Eko Sukartono dan Sumaryono dari Fraksi TNI Polri diperiksa unit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polda Jatim, Senin (13/12) siang.

Selain pemeriksaan terhadap dua anggota DPRD Banyuwangi itu, Tipikor Polda Jatim juga memeriksa salah seorang kontraktor Banyuwangi bernama Isnaeni.

Pemeriksaan dua mantan anggota DPRD Banyuwangi itu terkait dengan dugaan kasus korupsi pembelian kapal Sri Tanjung I dan Putri Sri Tanjung.

Dua anggota DPRD Banyuwangi dan salah seorang kontrak itu mendatangi Polda Jatim sekitar pukul 08.00 WIB. Mereka menuju ke ruangan Tipikor Polda Jatim menuju ruangan Unit III pimpinan Kompol RB Damanik.

Dua anggota DPRD dan satu orang kontraktor itu memenuhi panggilan Polda Jatim sebagai saksi terkait dugaan korupsi pembelian kapal yang dilakukan Bupati Banyuwangi Ir Samsul Hadi.

Rencananya mereka akan diperiksa pada pukul 09.00 WIB oleh tim penyidik Tipikor Polda Jatim. Namun ketiganya ketika dipanggil oleh penyidik ternyata belum siap memberikan penjelasan.

Penyidikan akhirnya ditunda hingga pukul 13.00 WIB usai ketiganya makan siang di kantin Polda Jatim yang berada di depan ruangan Tipikor Polda Jatim.

Setelah makan siang Eko Sukartono saat hendak memasuki ruangan Tipikor terlihat loyo sedangkan Sumaryono yang berjalan didepannya terlihat lebih tegar.

Ketiganya saksi itu diperiksa terkait dengan 'fee' dalam menggolkan Perda No 10 tahun 2002 tentang alokasi dana pembelian kapal.

Kenapa dua orang anggota DPRD yang diperiksa lebih dulu ? Sumber di Polda Jatim mengungkapkan Eko dan Sumaryono merupakan orang yang paling bersemangat dalam menggolkan Perda pembelian kapal itu. "Dia kami minta keterangan sebagai saksi karena sangat getol memperjuangan pembelian kapal itu," jelas sumber tersebut.

Bahkan dalam menggolkan Perda itu anggota DPRD Banyuwangi mendapatkan uang pelicin sekitar Rp 872 juta. Pembayaran uang pelicin itu diberikan pada bulan Juni tahun 2001 sekitar Rp 750 Juta kemudian sisanya Rp 122 juta diberikan kepada anggota DPRD pada bulan Oktober 2001.

"Dalam pemeriksaan itu Eko Sukartono hanya mengakui mendapat Rp 25 juta," imbuh sumber itu. Namun polisi sudah mendapatkan bukti otentik melalui kwitansi pembayaran, anggota dari partai Golkar itu mendapatkan dana lebih dari APBD Banyuwangi tahun 2001. "Kami akan mengcross chek-kan dengan bukti kami," imbuhnya.

Direktur Reserse Kriminal Polda Jatim Kombes Pol Sutarman didampingi Kasat Tipikor Polda Jatim AKBP Nursamsul menjelaskan ketiganya masih diperiksa sebatas saksi. "Belum ada tersangka, masih melakukan pendalaman terhadap ketiga saksi," kata Nur Samsul.

Dijelaskan Polda Jatim rencananya akan memanggil Bupati Banyuwangi Ir Samsul Hadi Rabu (15/12) lusa untuk pemanggilan pertama. "Surat untuk pemanggilan pertama untuk Bupati dikirim haru Rabu lusa," kata Nur Samsul. "Jika tidak datang kami kirim pemanggilan kedua," imbuhnya.(ted)

Jumat, 24 September 2004

Dirlantas Polda Jatim Bangun 38 Pos Lintasan KA

Surya, Jumat 24 September 2004

Dirlantas Bangun 38 Pos Lintasan KA

Surabaya,Surya- Direktorat lalu lintas Polda Jatim membangun 38 pos palang pintu sebidang untuk mengurangi jumlah kecelakaan yang diakibatkan Kereta Api.

Pos palang pintu sebidang itu dibangun di setiap kota maupun kabupaten di lokasi yang sering terjadi kecelakaan KA. Direktur Lalu Lintas Polda Jatim Kombes Pol AK Adjar Triadi menjelaskan pembangunan pos palang pintu sebidang itu merupakan swadaya dari Polres dan Polsek.

"Beberapa perlintasan yang rawan seperti di Gayung Kebonsari juga telah dibangun dan diresmikan oleh Polsekta Gayungan," jelas Adjar.

Sebelum menentukan pembangunan pos perlinatasan itu polisi terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat setempat. "Kami datangi tokoh masyrakat setempat kemudian mengajukan pembangunan pos KA," katanya.

Pembangunan perlintasan itu dananya murni swadaya dari Polres setelah mendapat sumbangan dari warga masyarakat. "Setelah dibangun pos perlintasan KA itu diserahkan kepada warga masyarakat untuk mengelolanya," imbuhnya.

Dijelaskan polisi setelah menyerahkan kepada warga setempat tetap memberikan pelatihan kepada warga masyarakat cara menyetop kendaraan. Selain itu polisi juga memberikan rompi, baterai dan senter kepada warga masyarakat untuk dipakai malam hari.

Diakuinya jumlah kecelakaan KA di perlintasan akibat bertambahnya jumlah perumahan maupun pemukiman penduduk baru. "Ketika dibuka perumahan baru pengembang hanya memotong jalan pintas akses masuk bukan melalui jalan yang telah ada penjaganya," kata Adjar.(ted)

Rabu, 11 Agustus 2004

Kapolda: Berantas Judi di Surabaya

Surya, 11 Agustus 2004

Surabaya, Surya - Maraknya perjudian berkedok ketangkasan di Surabaya yang beromset hingga miliar rupiah, menjadi perhatian serius Kapolda Jatim, Irjen Pol Edy Sunarno.

”Atensi yang dicanangkan Kapolda sebelumnya, termasuk masalah judi, tetap menjadi perhatian kami,” tandas Kapolda Irjen Pol Edy Sunarno di sela-sela acara ramah-tamah dengan pimpinan media cetak di Gedung Tribrata lantai II Mapolda Jatim, Selasa (10/8).

Kapolda sebelumnya, Irjen Pol Firman Gani mencanangkan enam atensi Polda Jatim yang selama ini menjadi prioritas untuk ditangani, yaitu curanmor, kayu ilegal, perjudian,
BBM ilegal, minuman keras (Miras) dan narkoba. Oleh karena itu, Kapolda Edy Sunarno minta supaya perjudian dapat diberantas. ”Hal itu (perjudian) termasuk dalam
atensi kami,” tandasnya.

Pantuan Surya, kasus perjudian di Surabaya hingga saat ini masih marak, baik yang beromset kecil seperti togel hingga yang beromzet miliaran rupiah.

Beberapa tempat perjudian yang berkedok ketangkasan
saat ini, di antaranya terdapat di kawasan:
*Jl Panglima Sudirman.
*Jl Kusuma Bangsa.
* Sebuah kompleks Pertokoan Kedungdoro.
* Jl Arjuna (Diskotek).
* Sebuah rumah toko (ruko)
* Jl Ahmad Jais.

Pada Mei lalu, Polresta Surabaya Timur sempat melakukan penggerebekan tempat perjudian di Jl Kusuma Bangsa dan berhasil mengamankan barang bukti senilai Rp 2 miliar. Namun hingga kini, tempat perjudian lainnya masih aman melakukan operasionalnya.

Lebih lanjut Kapolda Irjen Pol Edy Sunarno mengatakan, bidang prioritas yang diutamakan lainnya adalah pengamanan pemilu putaran kedua, 20 September nanti.

Acara ramah tamah itu berlangsung santai. Hadir dalam acara ramah tamah, di antaranya adalah Waka Polda Jatim Brigjen Pol Edison Siregar, Kepala Bidang (Kabid)
Profesi dan Pengamanan Kombes Pol Surya Iskandar, Karo Ops Kombes Heru Setiawan, dan Wakil Direskrim AKBP Oerip Soebagyo. (ted)

Sabtu, 10 Juli 2004

Menerima cinta di jalan tol New York-Boston

Surya, Sabtu 10 Juli 2004

Kapolda Jatim Firman Gani nikahkan putri sulung

Pengantar: Kapolda Jatim Irjen Pol Firman Gani sedang punya gawe menikahkan putri sulungnya Widya Suraannisa SE (Hani). Bagaimana kisah cinta Hani dengan Firawan
Agusprakoso Soebagjo (Ju)?

SENYUM Hani terus mengembang usai menjalani prosesi siraman di rumah dinas Kapolda Jatim Jl Bengawan 30, Jumat (9/7).

Namun saat prosesi ’sakral’ itu beberapa kali butiran air matanya nyaris tumpah membasahi pipi. Tapi tangan Hani buru-buru menghapus dengan secarik tisu warna putih di genggaman tangannya.

Mahasiswi S-2 Jurusan Magister Manajemen UI Jakarta ini ternyata seperti ayahnya, Firman Gani. Supel ketika diajak bicara wartawan.

“Saya bertemu dengan Mas Firawan kebetulan aja di sebuah pesta perkawinan di Jakarta sekitar Januari 2004,” tutur Hani.

Setelah pertemuan itu keduanya langsung terlihat lengket dan saling menelepon setiap hari dan mengirim e-mail melalui internet.

Kebetulan Firawan memang tinggal jauh yakni di Boston, AS. Sebulan setelah pertemuan itu, Hani bersama teman kantornya punya kesempatan pergi ke Italia untuk sebuah acara televisi. Rupanya cinta Hani terus bersemi sehingga ketika urusan kantor usai, menyempatkan mampir ke tempat tinggal Firawan di AS.

“Kami bertemu selama sepuluh hari dan sejak saat itu merasa cocok banget ketika jalan-jalan dengan Ju (panggilan Firawan). Saya menerima cinta saat berada di jalan tol antara New York- Boston,” aku Hani tersipu.

Gayung pun bersambut. Saat berada di Amerika itu Hani dikenalkan pada keluarga Firawan. Ternyata orangtua Firawan juga setuju.

Puncaknya April 2004 lalu. Keluarga Firawan melamar Hani kepada keluarga Firman Gani.

Menurut Hani, yang membuat terkesan dengan sosok Firawan, meski tinggal lama di Amerika namun masih sopan-santun seperti adat orang Timur.

Ke mana bulan madu? Hani tak mau menjawab. Ia hanya cerita setelah menikah akan pergi ke Solo untuk nyekar dilanjutkan ke Lampung juga nyekar keluarga Irjen Pol
Firman Gani.

Sesuai jadwal, Sabtu (10/7) pagi ini calon mempelai akan melangsungkan akad nikah dan dilanjutkan acara resepsi di Hotel JW Marriott pada malam harinya. Acara resepsi ini bakal meriah karena yang diundang mulai Kapolri, gubernur dan ulama dengan hiburan artis Titi DJ dan Koes Hendratmo. (teddy ardianto)

Sabtu, 14 Februari 2004

Perampok Toko Emas Serahkan Diri

Surya, 14 Februari 2004

Surabaya - Sibin Irwanto, 35, warga Desa Umbul Rejo Kecamatan Umbulsari Jember tersangka perampokan toko emas menyerahkan diri ke Polda Jatim. Tersangka menyerahkan diri ke Polda Jatim Sabtu (11/02) lalu ke Polres Jember kemudian dibawa ke Polda Jatim.

Kasat Pidum Polda Jatim AKBP Gatot Edy Pramono didampingi Kanit Resmob Kompol Heru Purnomo menjelaskan tersangka menyerahkan diri karena takut ditembak mati seperti dua rekannya yaitu Roni dan Winarto. "Tersangka dalam menjalankan aksinya sebagai Joki," kata Heru Purnomo.

Beberapa TKP perampokan yaitu di toko mas Fajar Jl Niaga Pasuruan dengan enam orang temannya. "Di Pasuruan komplotannya mendapat Rp 100 juta," kata Heru Purnomo.Selain di Pasuruan tersangka juga melakukan perampokan toko emas di Boyolali Jawa Tengah dan perampokan nasabah Bank Mandiri di Denpasar Bali.

"Saat merampok di Bank Mandiri komplotannya emnggunakan pistol 9 mm," kata Heru Purnomo.Enam orang temannya itu dua orang sudah tewas ditembak mati, sedangkan empat orang telah ditangkap dan ditahan di beberapa tempat seperti Boyolali dan Jakarta. (ted)

Germo Penyalur Hotel Esek-Esek Digerebek

Surya 14 Februari 2004

Surabaya, Surya - Dua germo penyalur PSK di Hotel esek-esek ditangkap Unit Judi Susila Polda Jatim, Senin (13/2) siang.
Kedua tersangka yang ditangkap polisi yaitu Aldo alias Bonita, 30, dan Santos Goerge alias Nelly, 28, keduanya warga Gubeng Kertajaya gang V.

Selain menangkap kedua tersangka polisi juga membawa tiga orang PSK 'freelance' yang akan melayani tamunya. Ketiga PSK yang berparas manis masing-masing Cindi, Lauren dan Laura ikut diperiksa di Polda Jatim.

Namun setelah diperiksa dan didengar keterangannya ketiga PSK itu kemudian dilepas sedangkan germonya ditahan.
Penangkapan kedua germo itu bermula dari informasi warga adanya sindikat penyaluran PSK di Hotel esek-esek. Setelah mendapat informasi itu polisi kemudian berpura-pura memesan PSK itu dengan menghubungi dua germo itu. Setelah menerima telepon, dua germo Bonita dan Nelly itu kemudian mengatur pertemuan di Hotel Pondok Hijau Putat Gede. Setelah masuk ke Pondok Hijau polisi kemudian menggerebeknya dan menangkap kedua germo itu.

Aldo alias Bonita mengaku memasang tarif Rp 500 ribu untuk waktu short time sekitar delapan jam bagi pelanggannya. "Saya mendapat bagian sekitar Rp 150 ribu sisanya Rp 350 ribu untuk PSK," kata Aldo.

Aldo menambahkan pembagian uang itu biasanya langsung di lokasi kejadian usai lelaki hidung belang melapiaskan nafsunya. "Setiap hari penghasilan tidak mesti kadang ramai kadang sepi," katanya. Namun ia mengaku jika ramai bisa mengantongi Rp 1 juta setiap hari dan jika sepi hanya mampu meraup uang Rp 300 ribu saja. Biasanya kata Aldo mendapat pelanggan ketika berkenalan dengan seseorang di Diskotek Station maupun Kowlon.

Kasat Pidum Polda Jatim AKBP Gatot Edy Pramono didampingi Kanit Judi Susila Kompol Krisno Siregar menjelaskan tersangka dijerat dengan pasal 506 KUHP. "Kedua tersangka kami kenakan pasal itu karena mengambil keuntungan dari aktivitas pelacuran, "kata Krisno. (ted)