Rabu, 05 Oktober 2005

Jalan-Jalan Di Pulau Terpencil Sulut

Miangas Pulau Paling Ujung Utara


Surya, 15 Oktober 2005


Belum hilang di ingatan warga Pulau Miangas kejadian 23 April 2005 lalu. Saat itu Jonly Awali tewas di tangan Kapolsek Miangas Ayub Dareda. Insiden yang bermula dari keonaran yang dilakukan Jonly itu berbuntut pengibaran bendera nasional Filipina di pulau paling utara Indonesia itu.



Memang, akhirnya bendera itu bisa diturunkan lagi setelah sejumlah personel TNI AD turun tangan. Mereka minta bendera itu dikembalikan ke perwakilan Filipina di pulau itu. "Kami kesal pada aparat sehingga bendera Filipina kami kibarkan," kata Raul Pase, ayah Jonly.


Menteri Percepatan Daerah Tertinggal Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyebut Mingas sebagai teras Indonesia, bukan lagi dapur. "Daerah perbatasan telah kami canangkan sebagai beranda terdepan NKRI," kata Saifullah saat berkunjung ke pulau itu Minggu (9/10) lalu.


Dengan menyebut Miangas sebagai teras, sebenarnya Saifullah sekaligus mengungkap sebuah ironi. Luas Pulau Miangas sekitar 3,15 kilometer persegi dan didiami 736 jiwa. Jaraknya dari Davao Filipina hanya sekitar 90 kilometer. Sangat dekat dibandingkan dengan ibu kota provinsi Manado yang sekitar 400 kilometer. "Kami memang lebih dekat dengan Filipina," kata Raul.


Jarak yang sedemikian jauh membuat semua pihak enggan mampir di pulau itu. Apakah itu pedagang, aparat atau pejabat. Tak mengherankan kalau di kawasan itu subur pencurian ikan oleh nelayan Filipina atau penyelundupan.


Keengganan orang datang itulah yang juga menjadi penyebab langkanya barang-barang kebutuhan. Raul Pase mengatakan masalah pokok saat ini adalah masih langkanya BBM terutama minyak tanah. "Kami terpaksa menggunakan sabut kelapa untuk memasak," kata Raul. Bahkan beberapa waktu lalu warga hanya makan umbi-umbi maupun ikan hasil laut karena tidak ada kapal membawa beras yang merapat.


Tak hanya itu persoalannya. Letda Riko Hartono Komandan Pos AL di Miangas mengungkapkan timbul juga masalah perbatasan seperti melintasnya gerilyawan Abu Sayaf dari Filipina. "Oktober lalu kami memergoki empat orang bersorban dengan menggunakan speedboat melintas di pulau Miangas," kata Riko.


Riko kemudian memerintahkan anak buahnya mengejar perahu nelayan yang membawa sejumlah senjata itu. "Namun setelah dikejar mereka kemudian melarikan diri," katanya.

Menurutnya, persenjataan yang dimiliki di Pos AL Miangas masih minim sekali.(teddy ardianto)

Minggu, 05 Juni 2005

Gigolo Ditangkap Polwil Surabaya

Pernah Layani Empat Tante Girang Sekaligus

Surya 27 Juni 2005


Rambutnya dipotong model shaggy jabrik yang lagi ngetren saat ini. Badannya juga tergolong kekar kalau tak boleh dibilang agak gemuk. Safarudin alias Udin, 35, nama pria itu, Jumat (24/6) sore ditangkap anggota Idik III Reskoba Polwiltabes pimpinan AKP Totok Sumarsono karena kedapatan membawa dua butir ineks di kawasan Pataya, dekat Stasiun Gubeng.


Saat diperiksa di kantor polisi, warga Kedondong Kidul III itu diketahui juga berprofesi sebagai gigolo.Udin mengaku sebagai gigolo yang sering dipesan tante girang di kota Surabaya, meski juga tak menolak melayani para gay.

Udin yang jadi gigolo sejak usia 30 tahun ditemui Surya di ruang Idik III. Ia mengaku kapok menjadi kurir yang bertugas mengantar ineks dari bandar ke orang-orang yang memesan. "Saya kapok dan tak akan berbuat itu (jadi kurir ineks) lagi," katanya.

Udin mengaku sering mangkal di kawasan Pataya untuk mencari tante girang yang membutuhkan jasanya untuk kencan di hotel. "Saya lumayan laris karena tarif saya tidak mahal, cukup Rp 150.000 untuk short time (delapan jam)," jelasnya.

Biasanya, demikian Udin, tante-tante girang itu muter-muter di kawasan Plasa Surabaya sebelum menghentikan mobil di kawasan Pataya. Di sanalah biasanya transaksi dilakukan.

Namun jika di Pataya lagi kosong order, Udin pilih mongkrong di kafe lantai III Tunjungan Plasa. "Biasanya mereka berkelompok dan minum-minum di cafe itu," kata Udin.

Tante girang yang membutuhkan jasanya biasanya mengedipkan mata. Itu kode agar Udin mendekat. Ketika itulah biasanya tante-tante tadi menyodorkan tisu yang sudah ditulisi nomor HP-nya.

Setelah itu Udin cukup SMS, dan kalau tante girang tadi berkenan, Udin tinggal menemui di hotel yang sudah ditentukan. "Biasanya mereka suka menginap di hotel kawasan Ngegel Jaya Utara," kata Udin.

Ia jelaskan, umumnya tante-tante itu seperti lelaki hidung belang, minta dilayani dengan berbagai model dan gaya. "Yang paling disenangi tente-tante itu gaya 69," ungkap Udin sambil cekikikan.

Suatu kali Udin mendapat order istimewa dari empat tante yang sama-sama haus seks. "Mereka minta dilayani bareng-bareng di satu kamar," ungkapnya.
Tapi Udin mengaku baru puas jika melayani gay. "Saya lebih menikmati jika bermain dengan seorang lelaki, apalagi kalau dadanya berbulu," jelasnya.
Ditanya resepnya bisa memuaskan nafsu tante-tante girang, Udin membantah kalau itu pengaruh ineks."Saya tak pernah pakai obat kuat. Ineks yang saya bawa itu hanya pesanan orang," katanya.

Kalau harus masuk penjara gara-gara ketahuan polisi bawa ineks itu, untuk sementara liburlah Udin praktik gigolo ya... (teddy ardianto)

Kamis, 26 Mei 2005

Polda Periksa Ketua dan Anggota DPRD Jember

Tilep Dana Operasional

POROS TIMUR, 26 MEI 2005

Surabaya, Surya -Unit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polda Jatim dalam waktu dekat akan meminta keterangan ketua dan anggota DPRD Jember terkait tidak bisa dipertanggung jawaban dana operasional senilai Rp 640 juta.
Pasalnya surat ijin pemeriksaan ketua dan anggota DPRD Jember dari Gubernur Jatim telah turun dan ditandatanganinya.
Surat ijin pemeriksaan Gubernur bernomor 181.4/4523/013/2005 tanggal 23 Mei 2005 telah berada di meja Direktur Reserse Kriminal Polda Jatim Kombes Pol Satriya Harry Prasetya.
Kasat Tipikor Polda Jatim AKBP Nur Samsul yang dikonfirmasi Surya membenarkan akan memeriksa ketua dan anggota DPRD Jember dalam waktu dekat. "Surat ijin pemeriksaan dari Gubernur telah turun kami segera memanggil sejumlah anggota DPRD Jember," kata Nur Samsul, Rabu (25/5).
Menurutnya setelah menerima surat dari Gubernur polisi telah mengirimkan surat panggilan sebagai saksi kepada ketua dan anggota DPRD Jember. "Surat panggilan sebagai saksi telah dikirim ke Jember," ungkap Nur Samsul.
Selain itu Polda Jatim telah memeriksa empat orang yaitu Sekwan, Yulia sebagai bendahara DPRD Jember, Kabag Keuangan Ir Heru dan Kabag Umum Hartatik. "Keempat orang itu dimintai keterangan Polda Jatim sebagai saksi," imbuhnya
Sedangkan surat panggilan pemeriksaan untuk delapan nama yang akan dipanggil ke Polda Jatim itu masing-masing :
* HM Madini Faruq (Ketua DPRD)
* Musa Andalas
* Machmud Sarjujono
* Abd Shomad Djalil
* Ir Agus Hadi Santoso
* Ir MH Sujatmiko
* HM Baharuddin Noer
* Moch Shaleh
Dijelaskan pemeriksaan tersebut terkait dengan dana operasional ketua dan anggota DPRD Jember yang tidak bisa dipertanggung jawabkan selama dua bulan mulai Januari-Februari 2004 senilai Rp 640 juta lebih. "Setiap bulan delapan anggota DPRD Jember menerima dana APBN senilai 40 juta perbulan," katanya. Total selama dua bulan dana yang tidak bisa dipertanggung jawabkan oleh delapan anggota DPRD Jember itu mencapai Rp 640 juta.(teddy)

Rabu, 18 Mei 2005

Digebuki Satpol PP, PKL Lapor Polisi

Surya 18 Mei 2005
* 70 Kacamata Diinjak-injak

Surabaya, Surya - Gara-gara digebuki dan dikeroyok sembilan orang satpol PP saat berjualan kacamata Rp 10.000-an di dekat Bonbin. Murawi, 33, warga Jl DKA Tegal Surabaya melaporkan ke Polsekta Wonokromo, Selasa (17/5) siang.


Laporan ke Polisi tersebut bernomor LP/212/V/2005/Sekta Wonokromo tanggal 17 Mei 2005. Dalam laporan itu Murawi secara kronologis menceritakan awal mula dikeroyok dan digebuki oleh satpol PP Pemkot Surabaya yang arogan dan bertangan besi itu.

Kejadian pengeroyokan oleh satu regu Satpol PP tersebut bermula ketika Murawi menggelar dagangannya berupa kacamata Rp 10.000 ribuan di tembok Bonbin Jl Raya Darmo.
Saat berjualan itulah tiba-tiba datang satu regu Satpol PP mengendarai mobil kijang terbuka turun dan mengusirnya. Saat itu Murawi masih mengemasi barangnya yang dipajang disebuah papan kayu untuk dimasukkan kedalam tas.

Namun belum dimasukkan kedalam tas tanpa dikomando papan yang berisi kacamata itu langsung diangkut kedalam mobil. Sebagian lagi kacamata yang tersisa langsung diinjak-injak oleh Satpol PP yang beringas itu.

Murawi saat diperiksa polisi mengaku meminta kacamatanya yang diangkut itu namun ia malah kena gebuk dan bogem mentah. Kapolsekta Wonokromo AKP Adi Vivid Agustiadi Bachtiar melalui Kanitreskrim Iptu Agus Bandiono menjelaskan polisi telah meminta visum Murawi. "Murawi kami bawa ke RSI untuk dimintai Visum," kata Agus.

Sejumlah lukanya tampak dibagian kepala dan bagian tangan telah mendapat surat Visum dari RSI Wonokromo. Selain itu polisi juga mengamnakan barang bukti berupa 70 kacamata yang rusak diinjak-injak oleh Satpol PP. "Dalam waktu dekat kami akan melayangkan surat panggilan kepada Satpol PP Pemkot Surabaya," kata Agus Bandiono.(teddy ardianto)

Kamis, 06 Januari 2005

Mutasi Perwira Polda Jatim

Surya, 6 Januari 2005

Sutarman Kapolwiltabes Baru

Surabaya, Surya - Baru empat bulan menduduki jabatan strategis sebagai Kapolwiltabes Surabaya Kombes Pol Drs Eddy Kusuma Wijaya SH dipromosikan menduduki jabatan baru sebagai Wakil Direktur Samapta Mabes Polri.

Mutasi menjadi Wadir Samapta Mabes Polri itu tertuang dalam Telegram (TR) Kapolri No 07/I/2005 dan Skep No 941/XII/2004 tanggal 21 Desember 2004. TR Kapolri itu dikirim ke Mapolda Jatim sekitar pukul 23.30 WIB, Selasa (5/1) ditandatangani Divisi SDM Mabes Polri Irjen Pol Drs E Winarto H SH Msi.

Sebagai gantinya Kapolwiltabes akan diisi Direktur Reserse Kriminal (Direskrim) Polda Jatim Kombes Pol Sutarman. Sedangkan jabatan baru Direskrim Polda Jatim akan ditempati Direktur Reserse Kriminal Polda Sumut Kombes Pol Drs Satriya Hari Prasetya.

Dihubungi terpisah Kapolwiltabes Kombes Pol Drs Eddy Kusuma Wijaya membenarkan telah menerima telegram dari Kapolri. "Mutasi sebagai hal yang wajar di lingkungan Polri," katanya.
Ditambahkan mutasi tersebut sebagai bentuk penyegaran dalam menjalankan tugas sebagai Bhayangkari negara.

Ditambahkan selama menjabat di Surabaya Kapolwiltabes mengucapkan terima kasih kepada warga Surabaya yang telah membantu meringankan tugas sehari-hari.
Sementara itu Kombes Pol Sutarman ketika dihubungi juga mengakui telah menerima TR dari Kapolri menduduki jabatan baru sebagai Kapolwiltabes. "Mohon doa restunya saat jadi Kapolwiltabes," kata Sutarman.

Sutarman setelah mendapatkan ucapan selamat di Polda Jatim langsung terbang ke Amerika untuk mengikuti pelatihan dan kursus reguler tentang terorisme. "Saya masuk ke Polwiltabes mungkin akhir Januari setelah pulang dari Amerika," katanya.

Selain dua perwira melati tiga itu Kapolres Sidoarjo AKBP Ronny Frengky Sompie juga menduduki jabatan promosi sebagai Direktur Reserse Narkoba Polda Jatim. Selama hampir setahun jabatan Direktur Narkoba Polda Jatim kosong dan dirangkap oleh Direktur Reserse Kriminal. Sedangkan pengganti Ronny Frengky Sompie masih belum ditentukan. Sejumlah perwira yang memasuki masa pensiun seperti Wakapolwil Madiun AKBP Drs Bambang Budhiarto juga dimutasi ke Mapolda Jatim.(ted)