Senin, 31 Desember 2007

Setelah Diberitakan Heli TNI-AL Datang


www.beritajatim.com
Senin, 31/12/2007 11:47 WIB
"Kami Tak Butuh Mie Pak....Perahu Pak Cepat...."!
Reporter : Teddy Ardianto

Bojonegoro - Setelah diberitakan terisolasi Heli TNI-AL datang namun bukan malah mengevakuasi warga hanya melemparkan satu kardus mie kepada warga yang mulai penat untuk mengungsi.

"Pak tadi sudah ada heli TNI datang tapi hanya melempar satu kardus mie....kami hanya butuh perahu mengakut warga. Makanan belakangan Pak ....Ini ada anak-anak juga," kata Yusuf warga kauman yang masih bertahan di atas genting .

Dijelaskannya jika tidak segera dievakusi maka tidak tahu apakah kondisi warga akan selamat karena disekeliling Desa sudah menjadi lautan apalagi jaraknya sekitar 20 Km dari lokasi.

"Tolong Pak....Cepat Pak ini ada anak-anak," keluh Yusuh saat dihubungi beritajatim.com, Senin (31/12/2007).[ted]

Ratusan Warga Bojonegoro Masih di Genting


Senin, 31/12/2007 10:56 WIB

"Saya Butuh Perahu Pak .....Air Meninggi !"
Reporter : Teddy Ardianto

Bojonegoro - "Pak Saya butuh bantuan perahu Pak, air mulai meninggi," ujar Yusuf warga Desa Kauman Kecamatan Baureno Bojonegoro sambil sesenggukan menangis ketika dihubungi beritajatim.com melalui ponsel, Senin (31/12/2007)Pukul 09.30 WIB.

Yusuf dan sejumlah warga lainnya kini terjebak banjir karena rumahnya sudah mulai terendam air hingga atap rumah, sejumlah warga kini juga mulai was-was karena ombak air semakin besar.

"Pokoknya kami butuh bantuan perahu tadi ada warga yang menaiki rumah kemudian rubuh," kata Yusuf sambil mengontak sejumlah keluarganya di Surabaya.

Menurut Yusuf jarak menuju ke tempat yang lebih tinggi atau jalan raya paling dekat adalah 10 Km sedangkan terjauh 20 Km.

"Warga kebanyakan tidak bisa berenang sejauh itu," katanya.

Bahkan sejumlah warga kini ada yang belum makan selama dua hari karena masih terjebak dengan air yang semakin meninggi.

Hingga kini belum ada tim evakuasi yang datang, sejumlah relawan masih konsentrasi di tempat lain yang juga sedang dilakukan evakuasi oleh Tim Sar dan Basarnas Pemprop Jatim.[ted]

Sabtu, 29 Desember 2007

Ribuan Warga Ngawi Terisolir


www.beritajatim.com
Sabtu, 29/12/2007 01:09 WIB
Reporter : Teddy Ardianto

Ngawi - Kota Ngawi benar-benar terisolir setelah air Bengawan Solo dan Bengawan Madiun mengepung kota hingga membuat sejumlah akses jalan dipenuhi pengungsi.

Bahkan warga Watualang telah memenuhi jalan Ngawi-Solo yang terkena luapan air Bengawan Solo,sementara terminal Ngawi juga telah ditutup setelah terkena luapan air dari Kecamtan Klitik.

"Terminal Beran Ngawi sudah tenggelam bahkan perumahan juga terkena imbasnya," kata Bambang Setyo warga perumahan Beran Ngawi saat dihubungi beritajatim.com, Sabtu (29/12/2007).

Sementara air yang menggenangi RSUD Ngawi hingga kini masih tinggi serta sejumlah rumah di Jl PB Sudirman air belum surut hingga warga banyak yang mengungsi.

Di Kecamatan Geneng Ngawi sejumlah warga masih bertahan di genting rumah karena hingga saat ini belum dievakuasi. bahkan tim evakuasi malah memungut tarif sekali angkut hingga Rp 2 juta.

Hingga kini Pemerintah belum mengirimkan sejumlah bantuan bagi pengungsi yang memenuhi jalan di Watualang Ngawi maupun di Kecamatan Geneng.[ted]

Kamis, 27 Desember 2007

Kasus Lapindo Diambangkan, Pasar Turi Susah Cari Pembakar


www.beritajatim.com
Kamis, 27/12/2007 15:45 WIB

Anev 2007 Polda Jatim

Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Kapolda Jatim Irjen Pol Herman Suryadi Sumawiredja mengakui polisi mengambangkan kasus Lapindo dengan cara melakukan diskresi penyidikan.

"Kami melakukan diskresi kasus Lapindo demi kepentingan publik dan rakyat banyak," kata Irjen Herman Suryadi Sumawiredja kepada wartawan saat penyampaian analisa dan evaluasi tahun 2007 di Rupatama Mapolda Jatim, Kamis (27/12/2007) .

Dijelaskan dengan melakukan diskresi dan mengambangkan penyidikan proses ganti rugi merupakan jalan terbaik daripada dengan melakukan tindakan hukum di Pengandilan.

"Jika nanti kasus Lapindo bebas di Pengadilan, siapakah yang membayar ganti rugi warga masyrakat. apakah pemerintah?" terang Herman Suryadi.

Dijelaskan tidak semua persoalan hukum diselesaikan dengan menggunakan KUHP namun kepolisian bisa melakukan diskresi sesuai dengan UU kepolisian.

"Saya seperserpun tidak menerima deal-deal dengan Lapindo, diskresi kasus Lapindo murni untuk kepentingan rakyat banyak," tandasnya.

Sementara itu terkait dengan kebakaran Pasar Turi Polda Jatim meminta maaf kepada masyarakat Surabaya dan pedagang karena hingga saat ini belum menemukan siapa pembakarnya.

"Setiap kasus kebakaran besar seperti Pasar Turi selalu sulit meski polisi telah menemukan hubungan-hubungan dengan pembakarnya," kata Herman.

Bahkan polisi telah menemukan hubungan telepon antara pegawai di Pasar turi dengan sejumlah pejabat namun semuanya itu belum dibuktikan dan lemah di pengadilan.

"Kami sudah mengetahui hubungan antara pejabat ini dan itu namun kami susah menemukan buktinya," kata Irjen Pol Herman Suryadi Sumawiredja. Diakuinya dalam menyelesaikan kasus kebakaran polisi sangat kesulitan mengungkap meski dalam penyelidikan ditemukan adanya upaya pembakaran.

"Polisi sudah menemukan siapa yang membakarnya, kemudian menelusuri siapa yang menyuruhnya tapi bukti pendukungnya masih sulit kami temukan," kata Herman Suryadi.[ted]

Minggu, 23 Desember 2007

Bahaya! Tumpahan Minyak Cemari Selat Madura


www.beritajatim.com
Minggu, 23/12/2007 pukul 16.57 WIB

Bangkalan - Tumpahnya minyak BBM Solar dari Tanker Kharisma Selatan di Pelabuhan Tanjung Perak membuat sejumlah LSM lingkungan hidup kota Bangkalan khawatir akan keselamatan ekosistem laut terutama di selat Madura.

Apalagi warga pesisir di pulau garam tersebut menggantungkan hidupnya dari mencari ikan dilaut serta banyak warga yang mengkonsumsi ikan untuk kehidupan sehari-hari.

Forum Madura Damai (Formad) mendesak pihak terkait untuk menjelaskan kepada warga terkait bahaya dan ancamannya jika mengkonsumsi ikan di laut.

"Kami meminta penjelasan secara rinci tentang kondisi sebenarnya dan potensi bahaya yang ditimbulkannya," kata Fahruddin Nur Presidium Formad yang mengirimkan rilis kepada beritajatim.com, Minggu (23/12/2007).

Formad juga mendesak kepada pihak-pihak yang terlibat atas tragedi tumpahan minyak bertanggung jawab dan dilakukan proses hukum yang berlaku.

Kamis, 20 Desember 2007

Gereja Katolik AlGonz Ikut Rayakan Idul Adha


www.beritajatim.com
Kamis, 20 Desember २००९.
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Tidak hanya umat muslim saja yang melakukan penyembelihan hewan qurban dan membagi-bagikan kepada fakir miskin. Gereja Katolik Aloysius Gonzaga Darmo Satelit juga menyembelih dan membagikan hewan qurban.

"Pemberian hewan qurban bentuk solidaritas umat Gereja kepada umat Muslim," kata Romo Eko Budi Pastor Katedral Surabaya , Kamis (20/12/2007).

Menurutnya pembagian hewan qurban yang diselenggarakan hari ini sebagai bagian dari solidaritas kepada sesama yang miskin dan papa.

"Filosofi Gereja juga disebut amal untuk orang miskin dan terpinggirkan," tegas Romo Eko.

Ditambahkannya selain bersolidaritas kepada fakir miskin kegiatan Gereja Katolik Algonz sebagai sarana dialog dengan umat Muslim dan warga sekitar.

Dalam penyembelihan hewan qurban ini gerja Algonz menyembelih satu buah sapi dan sejumlah ekor kambing yang dibagikan kepada warga.

"Kegiatan ini sudah kami lakukan beberapa tahun sebelumnya dan warga masyrakat mendapat kupon kemudian mebagikan melalui ketua RW dan RT," katanya.

Selain di Aloysius Gonzaga warga Katolik lainnya yang membagikan hewan qurban adalah gereja Katolik Yohanes Pembatis di jalan Gadung Wonokromo.[ted]

Kamis, 13 Desember 2007

Ada Juga Lho...Istri Pejabat


www.beritajatim.com
Kamis, 13/12/2007 17:10 WIB


Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Bau parfum dan dandannya terlihat bukan orang biasa atau dari golongan menengah bawah saat enam orang ibu-ibu perumahan Rewwin Sidoarjo mendatangi Satuan Pidana Umum Polda Jatim.

Ibu-ibu terlihat sangat gugup ketika hendak melaporkan penipuan arisan Kawanku milik pasangan Rendy dan Rosalina warga Prapen Indah Blok A-6 Surabaya.

Menurut Ny Widianawati (50) salah seorang korban mengaku mengikuti arisan untuk iseng saja karena mendapatkan tawaran pendapatan uang dua kali lipat.

"Saat dikenalkan oleh saudara kepada Rendy dan Rosalina untuk mengikuti arisan kawanku ini," kata Ny Widianawati, Kamis (13/12/2007).

Setelah tertarik saya membayar Rp 200 ribu setiap bulan dan nantinya dijanjikan hasil sekitar Rp 3,5 juta dengan jangka waktu 10 bulan setelah memberikan uang.

"Arisan tersebut dimulai sejak September 2004 dan rencananya akan berakhir sekitar Agustus 2007 ini," kata Ny Widianawati.

Mulanya kedua pasangan suami istri tersebut memberikan hadiah bulanan berupa pernik-pernik rumah tangga seperi rice cooker, kulkas dan beberapa barang rumah tangganya lainnya.

Namun setelah jatuh tempo sekitar Agustus 2007 lalu sebanyak enam orang ibu-ibu belum mendapatkan uang yang ditanamkan kepada kedua pasanga tersebut.

"Setiap kami tagi dirumahnya keduanya sudah kabur entah kemana, khabarnya telah berada di Papua," ungkap Widiana.

Bahkan tidak hanya ibu-ibu perumahan Rewwin saja yang terkena penipuan namun sejumlah ibu-ibu di tempat lainnya juga mengalami kerugian hingga miliaran rupiah. "Ibu-bu istri pejabat ada yang ikut lho," bisik Ny Widianawatati.

Kasat Pidum Polda Jatim AKBP Nasri menyatakan mengakui telah memeriksa saksi pelapor dan rencananya akan dikembangkan mencari dua tersangka arisan Kawanku.

"Kami sudah periksa saksi, tinggal mencari dua orang tersangkanya," kata Nasri. [ted]

Puluhan Ibu-Ibu Perumahan Elit Tertipu Arisan Miliaran Rupiah

www.beritajatim.com
Kamis, 13/12/2007 14:57 WIB


Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Puluhan Ibu-ibu yang bertempat tinggal di perumahan Rewwin Sidoarjo mendatangi Polda Jatim setelah tertipu dengan mengikuti arisan bulanan.

Nilai kerugian ditaksir sekitar Rp 2 miliar setelah ibu-ibu rumah tangga terutama yang tinggal di rumah elit mengikuti arisan yang diselenggarakan Rendy dan Rosalia warga Perumahan Jalan Prapen Indah Blok A-6 Surabaya.

Menurut Dra Andari Juniastuty warga jalan Garuda XI Rewwin Sidoarjo mereka tertarik mengikuti arisan Kawanku yang dikelola oleh Rendy Bester dan Rosalina setelah tergiur dengan uang bulanan.

"Kami menyetor sekitar Rp 200 ribu sebulan kemudian dalam jangka waktu tertenu yaitu 10 bulan bisa mendapat Rp 3,5 juta," kata Andari usai diperiksa di Mapolda Jatim, Kamis (13/12/2007).

Namun kenyataannya setelah jatuh tempo uang milik ibu-ibu di perumahan Rewwin sidoarjo hingga kini tidak kembali hingga ditotal mencapai Rp 2 miliar.

Khabarnya kedua pengelola arisan kawanku tersebut saat ini telah kabur dan meminta polisi menangkap keduanya untuk dijebloskan kedalam tahanan.

"Kami lapor ke Polda agar ibu-ibu lainnya melapor kepada polisi," kata Andari.

Khabarnya tidak hanya ibu-ibu di perumahan Rewwin saja namun ada juga di sejumlah perumahan elit bahkan istri pejabat yang mengikuti arisan kawanku ini.[ted]

Senin, 19 November 2007

Wajah Billboard Soenarjo Dilempari Cat

Senin, 19/11/2007 09:37 WIB
www.beritajatim.com

Reporter : Teddy Ardianto
Fotografer : Anas Pandu Gunawan

Surabaya - Mendekati Pilgub Jatim suhu politik mulai meningkat saja. Sejumlah poster gambar calon Gubernur Soenarjo dilempari cat hitam hingga tulisan kampanye pendidikan gratis, lapangan kerja dan modal usaha kecil dengan tema gerakan membangun Jawa Timur menjadi buram.

Poster yang dilempari cat l warna hitam dan coklat tersebut tidak hanya satu lokasi saja namun merata di sejumlah lokasi yaitu dekat bundaran Dolog jalan A Yani, Pom Bensin Bundaran Aloha dan diJalan Ratna.

Sudah hampir dua minggu ini poster gambar Calon Gubernur Jatim ini menghitam karena ada cat berada di baliho dengan ukuran 2X3 meter tersebut.

Belum diketahui siapakah yang melempari cat hitam tersebut namun yang jelas terkait dengan persaingan kursi calon Gubernur yang akan berlangsung Juni 2008 nanti.

"Poster ini sudah seminggu mas dilempari cat, mereka malam-malm naik dan mengecat gambar tersebut," ungkap salah seorang warga di sekitar bundan Dolog.

Pihak intelijen kepolisian menduga ada beberapa pihak yang sedang memancing situasi hingga kondisi Jawa Timur menjadi rawan.[ted]

Minggu, 30 September 2007

Gonjang-Ganjing Gunung Kelud

www.beritajatim.com
Minggu, 30/09/2007 15:35 WIB

Siaran Pers Mbah Ronggo: Gunung Kelud Tak Meletus


Kediri - Mbah Ronggo alias Warsita, Juru Kunci Gunung Kelud terlihat bersemedi meminta wangsit kepada yang maha kuasa apakah gunung yang meletus 1990 akan meletus kembali.

Ditemui beritajatim.com di pesanggrahannya Mbah Ronggo nampak santai dan bersemedi meminta petunjuk agar keputusannya akan disiarkan kepada penduduk sekitar.

Menurutnya ketika sebelum larung sesaji tanggal 9 Septermber 2007 lalu pernah diajak dengan musyawarah tim pamantau karena suhu kawah Gunung Kelud sudah mulai naik.

"Saya waktu itu sudah menyampaikan kepada Tim Pemantau Gunung Kelud meski suhu sudah naik namun belum tentu akan meletus, karena pernyataan Tim pemantau bisa menggegerkan warga sekitar," kata Mbah Ronggo, Minggu (30/09/2007).

Sementara itu Umar Rosadi ketua tim PMVB menyatakan meletus atau ntidak itu tidak bisa diperkirakan namun dia melihat dari data di pos pemantauan. "Gejala-gejala meletus sudah nampak, suhu, kegempaan, unsur kimia air naik dan menunjukkan adanya perubahan, " terangnya.

Dijelaskannya mulai pukul 00.00 WIB hingga 12.00 WIB tadi mlam hingga siang sudah ada tiga kali gempa vulkanik dalam dengan suhu air 36 derajad selsius.

"Warna air kawah putih meluas dan biru hijaunya menjadi sedikit," katanya.

Hingga siang ini tim tidak berani naik ke kawah Gunung Kelud karena perubahan status dari waspada menjadi siaga dan hanya memantau di pos pemantauan.

Sayangnya Kamera CCTV yang sudah terpasang beberapa waktu lalu hingga kini belum bisa dipergunakan hingga tim belum bisa memantau Gunung Kelud sehingga mereka mengandalkan data-data seperti biasanya.[ted]

Editor : Teddy Ardianto
Reporter: Asmaul Chusna

Rabu, 19 September 2007

Hotel Esek-esek Kenjeran Digerebek

Rabu, 19 September 2007

Surabaya- Sebanyak empat orang pasangan yang sedang berbuat mesum di hotel melati Kenjeran dan kawasan Surabaya Timur digerebek aparat kepolisian Polres Surabaya Timur, Selasa (18/09/2007) siang.

Beberapa hotel di kawasan Kenjeran yang digerbek polisi yaitu Hotel Puspa Sari, Kenjeran, Sampoerno Jalan Kaliwaron, dan Hotel Legian, Kenjeran. Dari penggrebekan ini polisi berhasil menjaring empat pasangan mesum.

Kabag Binamitra Polres Surabaya Timur, AKP Rakidi, kepada wartawan, Selasa (18/9/2007), mengatakan penggrebekan ini dilakukan untuk menidaklanjuti laporan dari masyarakat adanya pasangan mesum yang melakukan aksinya disiang hari di bulan puasa.

Awalnya petugas melakukan penyisiran di kawasan Pantai Ria Kenjeran Surabaya. Namun, polisi tidak menemukan pasangan mesum sama sekali. Kemudian, polisi melakukan penyisiran di beberapa hotel di kawasan kenjeran, seperti di Hotel Puspa Sari.

Di Hotel ini, polisi menemukan dan menjaring empat pasangan mesum. Mereka adalah Doni Hendro (24) warga Jalan Kalilom Lor III bersama psangannya, Aries Fitria Ulfa (21) Warga jalan Jepara.

Rudi Hartono (29) warga Dusun Sendang AGung, Pamolan, Lamongan, duet bersama, Kaminem (31) warga Dusun Dargo, Lamongan.

Ratno Jatmiko (26) warga Pamekasan dan pasangan mesumnya, Sarmini (29) wanita asal Madiun serta pasangan mesum lainnya, yakni Nurul Yaqin (24) warga Dana Karya dan Amalia (24) warga Sidotopo Wetan.

"Saat kami mintai keterangan, mereka tidak dapat menujukkan surat bukti nikah yang sah," ujar AKP Rakidi, Selasa (18/9/2007).

Rakidi mengatakan empat pasangan mesum yang terjaring dalam operasi tersebut, tidak ditetapkan sebagai tersangka. "Kita hanya melakukan pembinaan dan mereka kami minta membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya," katanya.

Polisi juga melakukan penggrebekan di Hotel Sampoerno dan Hotel Legian. Namun, polisi tidak menemukan pasangan mesmu lainnya. "Kita akan terus melakukan razia di beberapa hotel dalam bulan puasa ini," pungkasnya.[roi/ted][beritajatim]

Minggu, 16 September 2007

Buku Revolusi Bolivarian

www.beritajatim.com
Minggu, 16/09/2007 07:22 WIB
Info Buku
Media Dan Keberpihakan Kasus Venezuela
Reporter : Teddy Ardianto

Baru-baru ini Presiden Venezuela Hugo Chaves menutup stasiun televisi RCTV (media anti Chavez). Sejumlah tokoh kebebasan pers menuding pemerintah Hugo Chaves yang berhaluan komunis anti kritik dan otoriter.

Namun menurut penulis buku Revolusi Bolivarian, Hugo Chavez dan Presiden Radikal, Nurani Soyomukti menilai apa yang terjadi di Venezuela tentunya harus kritis dan tidak sekedar memandangnya secara hitam-putih.

Para pakar komunikasi tentunya paham bahwa bahwa tidak akan ada berita yang tidak memihak. Hubungan Chavez dengan TV (secara khusus) dan media massa lainnya (secara umum) di Venezuela harus dilihat dari aspek kepentingan ekonomi-politik.

Pertentangan antara Chavez yang ingin membawa Venezuela ke jalan alternatif selain sosialisme dengan kaum oposisi yang pada kenyataannya memang menguasai kepemilikan media merupakan kondisi yang tidak bisa diabaikan untuk memahami demokrasi politik di Venezuela.

Tuduhan Chavez bahwa TV yang dututupnya itu melakukan intrik-intrik kotor juga harus dipertimbangkan. Sejak awal pemerintahannya, pemberitaan media yang mewakili kepentingan oposisi juga berusaha memainkan opininya untuk menyerang Chavez dan pengikutnya. Termasuk berita tentang pemogokan dan kejadian seputar penggulingan terhadap Chavez oleh kelompok oposisi (pengusaha).

Setiap kali kita membaca sebuah berita, kita akan dapat melihat sudut pandang dari mereka yang menulis berita itu. Media pendukung Chavez, selain masih gagal mendominasi, juga akan dihalangi untuk mengumandangkan berita-berita yang mengandung sudut pandang kelas tertindas.

Brian Ellsworth, wartawan Houston Chronicle, pada edisi 20 Desember 2002 telah melaporkan bahwa pertarungan politik Venezuela juga berlangsung sengit dalam bidang pemberitaan, terutama di media televisi. Ia menulis bahwa televisi swasta di Venezuela berpihak tanpa syarat pada gerakan anti-Chavez sementara stasiun televisi pemerintah berpihak tanpa syarat pada Chavez.

Ia melaporkan bahwa liputan dari saluran televisi swasta penuh 'propaganda', sementara saluran televisi pemerintah 'menyatakan kebenaran.' Maria Teresa de Guzman, seorang desainer grafik berusia 39 tahun, melihatnya sebagai hal yang persis berkebalikan. "Pemerintah tidak menyukai saluran televisi komersial karena mereka menunjukkan pada dunia bahwa Chavez adalah seorang pembohong dan komunis," ujarnya.

Ini adalah persoalan perpektif kelas dalam melihat kasus. Ini adalah masalah pendapat orang miskin dan orang kaya. Orang kaya anti-Chavez dan orang miskin pro-Chavez. Kalau media lokal saja keberpihakannya sudah sangat jelas begitu, apalagi media internasional yang dikuasai oleh kelas borjuis.

Dan Feder, wartawan NarcoNews Bulletin, media yang khusus meliputi berita perang anti-narkotik dan politik Amerika Latin, melaporkan bahwa Associated Press, kantor berita yang memasok 90% berita tentang Venezuela, ternyata berpihak tanpa syarat pada kelas borjuasi yang sedang berjuang untuk menggulingkan Chavez.

Associated Press (AP) sudah terkenal dengan pemberitaan berat sebelah seperti ini, seperti yang terjadi pada kasus Peter McFarren, seorang jurnalis AP di Bolivia, yang terlibat dalam menggolkan proyek pipa air senilai US$ 80 juta.

Dalam pemberitaannya tentang konflik yang muncul dari proyek ini, McFarren menulis berita yang sangat merugikan rakyat yang menentang proyek itu.

Belakangan, praktek McFarren itu berhasil dibongkar oleh NarcoNews. Penyelidikan oleh Komite Kejujuran dan Ketepatan Pemberitaan (FAIR) dan Howard Kurtz, wartawan Washington Post, membuktikan bahwa memang Peter McFarren berkepentingan untuk menggolkan proyek itu dan memutarbalikkan fakta dalam pemberitaannya.

Feder melaporkan bahwa wartawan Associated Press (AP) bukan saja tidak mau melaporkan apa yang dikerjakan oleh para pendukung Chavez, tapi juga berani untuk mengemukakan kebohongan terang-terangan. Contohnya, Feder melaporkan bagaimana pernyataan Organisasi Negara-negara Amerika Selatan (OAS) yang mendukung tindakan Chavez dilaporkan sebagai "menentang Chavez".

Dengan lihai, responden AP di Caracas, Nestor Ikeda, memutarbalikkan fakta ini. Ikeda juga selalu melemparkan komentar jahat ketika bicara tentang para pendukung Chavez, kaum Chavistas, dan membumbui komentar positif ketika bicara tentang para penentang Chavez.

Dalam penulisan laporannya, Ikeda hanya mengandalkan pertemuan dan wawancara dengan para penentang Chavez, ia sama sekali tidak pernah memuat pendapat para pendukung Chavez. Pendeknya, Ikeda berpihak tanpa syarat pada para penentang Chavez.

Data-data tersebut menguatkan pandangan bahwa penilaian dan tindakan Chavez terhadap TV harus diletakkan dalam konteks politik Venezuela. TV swasta yang dikuasai oleh kelompok oposisi memang menjadi penghambat bagi pelaksanaan program-program perjuangan Hugo Chavez untuk melakukan transformasi sosial di negerinya.

Oleh karena itulah salah satu program Chavez ketika naik menjadi presiden adalah juga merebut kembali Televisi nasional (semacam TVRI di Indonesia) yang dapat digunakan untuk membalas penilaian-penilaian buruk dan serangan-serangan dari media Barat dan swasta yang dikuasai oleh kelompok kontra-revolusi.

Hugo Chaves juga bermaksud menggoalkan proyek Telesur, yaitu dimaksudkan sebagai stasiun TV seluruh Amerika Latin yang dikomandoi Venezuela yang tujuannya adalah menyediakan berita dari perspektif rakyat Amerika Latin.

Stasiun TV yang mendominasi benua waktu itu adalah CNN di Spanyol, yang mencerminkan bias kepentingan dari AS. Argentina, Brazil, dan pemerintahan yang baru terpilih di Uruguay mendukung kedua proyek tersebut.

Ingin tahu kelanjutannya? Bisakah, Indonesia seperti Venezuela? Membaca buku ini anda akan terhenyak kaget!~ Ternyata ada sistem alternatifdengan praktek-praktek ekonomi menarik yang dijlentrehkan cukup detail dalam buku ini. "Ini adalah buku pertama tentang Revolusi Bolivarian di Venezuela di bawah Hugo Chavez yang ditulis oleh penulis Indonesia.[ted]

Selasa, 11 September 2007

PSK Dolly Mulai Kemasi Barang

Selasa, 11/09/2007 12:57 WIB
Tutup Selama Ramadhan

Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Sejumlah Pekerja Seks Komersial (PSK )di Lokalisasi Dolly Surabaya mulai mengemas barang-barangnya seiring dengan datangnya bulan Ramadhan yang diperkirakan mulai tanggal 13 September lusa.

Mereka akan mudik kembali ke kampunya setelah selama setahun ini menghuni lokalisasi Dolly dengan beragam cerita melayani lelaki hidung belang yang datang silih berganti.

"Saya tidak tahu mau kembali lagi kesini atau mencari pekerjaan lain," terang Ivone salah seorang penghuni wisma Monalisa.

Begitu juga dengan penghuni lainnya mengaku menentukan pilihan lagi setelah lebaran nanti apakah kembali lagi atau tidak karena sudah mencari uang. "Tabungan sudah cukup membayar hutang jadi saya tidak akan kembali lagi mencari pekerjaan lain," kata Novi.

Selain sejumlah PSK Dolly, sejumlah Purel dan tempat hiburan di Surabaya mulai besok harus menutup tempatnya karena tidak boleh beroperasi selama bulan ramadhan.

"Mungkin nanti saya pindah kerja di tempat lain karena ditempat ini tamunya sepi setelah berulang kali digerbek polisi," kata Dian purel diskotek papan atas.

Pemerintah kota Surabaya setiap tahun selama bulan Ramadhan melarang beroperasinya tempat hiburan malam maupun tempat esek-esek lainnya baik itu tempat pijat dan karaoke.

Selain tempat hiburan malam sejumlah Hotel short time juga akan dijadikan pengawasan pihak aparat dan dilarang menerima pasangan laki-laki dan perempuan yang belum menikah.[ted]

Sabtu, 08 September 2007

Wartawan Senior Surabaya Gagalkan Ibu Bunuh Diri

Sabtu, 08/09/2007 09:00 WIB
Percobaan Bunuh Diri di Apartemen Graha Famili
Dirayu Pimred beritajatim.com, Yeni Urung Bunuh Diri
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya-Yeni Suryansyah (bukan Yuni Suryansyah), warga Kabupaten Berau, Kaltim akhirnya menyudahi rencana bunuh diri terjun bebas dari lantai 6 Apartemen Graha Famili di Kota Surabaya. Dia sempat bergelantungan sekitar 3,5 jam di pagar teras kamar 606 apartemen tersebut.

Luluhnya sikap Yeni untuk tak melakukan aksi bunuh diri dengan cara terjun bebas dari lantai 6 Apartemen Graha Famili selain ada jaminan polisi tak akan menangkapnya, juga karena pendekatan yang dilakukan pengacaranya, Sudiman Sidabuke dan Pimred www.beritajatim.com yang kebetulan meliput langsung kejadian itu di lapangan.

"Saya haturkan banyak terima kasih atas bantuan yang diberikan Mas Dwi Eko Lokononto untuk menyelamatkan Bu Yeni," ujar Sudiman Sidabuke di lokasi kejadian, Sabtu (c8/9/2007) pagi.

Lucky Lokononto --panggilan akrab Dwi Eko Lokononto--terlibat langsung dalam proses negoisasi dan penyelamatan Yeni setelah diminta Sudiman Sidabuke dan Wahyuono Adi Paripurno (teman Yeni).

"Mas, tolong naik ke lantai 6. Mungkin dengan jaminan wartawan, Yeni mau mengurungkan niat bunuh diri," kata Wahyuono melalui telepon saat meminta Lucky membantu merayu Yeni.

Lucky pun langsung naik ke kamar 606 Apartemen Graha Famili. Selanjutnya, orang pertama di portal beritajatim.com ini berbicara dengan Yeni dari jarak sekitar 4 meter. Dengan tutur kata lembut, Lucky meminta Yeni mengurungkan niatnya bunuh diri.

"Ayo, mbak jangan melompat. Kasihan adik --maksudnya, anak Yeni yang bernama Anny Suhartono, Red--. Ini sudah ada Pak Nasri --AKPB Nasri, Kasat Pidana Umum POlda Jatim, Red-- yang menjamin tak akan menangkapnya. Insya Allah tak akan ada apa-apa," kata Lucky.

Nasri yang ada di dalam kamar dengan sabar juga meyakinkan bahwa dirinya menjamin, Yeni aman hingga terbang ke Jakarta. Meski sudah dirayu dan dijamin seperti itu, Yeni tidak juga luluh.

Ibu satu anak itu juga menolak ketika ditawari minum oleh AKPB Nasri. Ia tidak mau menerima saat aparat yang juga sangat sabar mengukurkan gelas.

"Saya tetap minta jaminan keadilan pak. Pak Wartawan, tolong jangan saya dikalahkan. Kalau tidak pada polisi kemana lagi saya minta keadilan. Tolong saya diteleponkan Propam Mabes Polri," kata Yeni.

Di tengah ketegangan itu, Wahyuono Adi Paripurno --seorang teman Yeni, Red-- menghubungi pihak Mabes Polri menemui hasil. Namun Yeni menolak bicara langsung. Ia meminta Nasri berbicara dengan orang dari Mabes Polri dan mengucapkan janji adanya jaminan keamanan.

Sambil terus menangis, Yeni akhirnya bersedia bicara dengan orang dari Propam Mabes Polri itu dari telepon yang diulurkan AKPB Nasri. "Pak, kasus saya telah di SP3, tapi mengapa saya masih dikejar-kejar polisi. Bapak bisa tidak memberi jaminan keamanan, kalau tidak saya akan loncat," kata Yeni sambil berteriak.

Mendengar hal itu, telepon dari seberang meminta Yeni tidak bunuh diri. "Jangan Bu Yeni, jangan bunuh diri. Biarlah aparat menangani masalah ibu," kata orang dari Mabes Polri itu.

Setelah emosi Yeni mereda, Lucky mulai membujuk Yeni untuk naik ke teras apartemen. "Sudah ya Mbak Yeni. Ini sudah lebih dari 2 jam. Mbak pasti kepanasan. Nanti kalau lemas pasti berbahaya. Sudah ya, naik ke sini," kata Lucky.


Tak berselang lama, Yeni sadar dan menyatakan tak akan terjun bebas dari lantai 6 Apartemen Graha Famili. Tapi, ada syarat yang diminta Yeni, yakni Lucky diminta ikut mengantarnya ke Bandar Udara Juanda Surabaya, karena dia akan berangkat ke Jakarta mengurus masalahnya.

Yeni juga meminta Lucky Lokononton bersumpah menepati janji untuk mengantar ke Juanda. "Mas wartawan, tolong bersumpah demi Tuhan, Anda akan mengantar saya hinngga Bandara Juanda," kata Jeni dalam isak tangisnya.

"Akhirnya dengan seijin pihak kepolisian dan pihak lainnya, saya mengangkat Yeni dari pinggir pagar teras apartemennnya," tambah Lucky.

Begitu diistahatkan di kamarnya, fisik Yeni terlihat kelelahan. Dia tampaknya mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) setelah bergelantungan selama 3,5 jam di teras kamarnya. "Yang penting Bu Yeni selamat. Saya doakan semoga masalahnya cepat selesai, sehingga bisa mendidik anaknya dengan baik," tegas Lucky. (bj2)

Sabtu, 25 Agustus 2007

Mountain Bromo







Bromo Sejuta Pesona

ANDA belum pernah ke Gunung Bromo? Jika belum, lekaslah berkunjung ke gunung yang pemandangannya menawan itu. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang letaknya di tengah-tengah wilayah Propinsi Jawa Timur luasnya 800 km2.

Bromo merupakan gunung berapi terbesar di Jawa Timur dan Gunung Semeru merupakan Gunung tertinggi di Pulau Jawa puncaknya berada pada ketinggian 3.676 m di atas permukaan laut.

Kaldera Tengger di puncak Gunung Bromo yang luasnya 10 km2 merupakan perpaduan antara lembah dan ngarai dengan panorama yang menakjubkan.

Kawah Bromo berada di bagian utara berketinggian 2.3382 m di atas permukaan laut masih aktif dan setiap saat mengeluarkan kepulan asap ke udara.

Suhu rata-rata di puncak Bromo antara 5 - 18 derajad Celcius. Bagian selatan merupakan dataran tinggi yang dipisahkan oleh lembah dan ngarai, danau-danau kecil yang membentang di kaki Gunung Semeru yang dirimbuni hutan dan pepohonan sungguh merupakan pesona alam yang mengagumkan.

Di kawasan wisata ini penduduknya dikenal dengan sebutan warga Tengger. Orang Tengger hidup dari bercocok tanam sayur-sayuran memiliki budaya yang khas, diyakini sebagai keturunan orang-orang Majapahit yang menyingkir saat Majapahit mengalami kemunduran bersamaan dengan menyebarnya agama Isalm di Jawa.

Meski tidak memiliki candi, menurut keputusan Parisada Hindu Darma masyarakat Tengger memeluk agama Budha Mahayana. Dalam melakukan upacara, namun dalam peribadatan diadakan di Poten, punden-punden atau danyang.

Pada malam ke-14 Bulan Kasada Masyarakat Tengger penganut Agama Hindu (Budha Mahayana menurut Parisada Hindu Jawa Timur) berbondong-bondong menuju puncak Gunung Bromo, dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai hasil pertanian, ternak dan sebagainya.

Bawaan hasil bumi itu lalu dilemparkan ke kawah Gunung Bromo sebagai sesaji kepada Dewa Bromo yang dipercayainya bersemayam di Gunung Bromo. Upacara korban ini memohon aar masyarakat Tengger mendapatkan berkah dan diberi keselamatan oleh Yang Maha Kuasa.

Upacara Kasada diawali dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasan sendratari Rara Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari. Kemudian tepat pada pukul 24.00 dini hari diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat di poten lautan pasir Gunung Bromo.

Dukun bagi masyarakat Tengger merupakan pemimpin umat dalam bidang keagamaan, yang biasanya memimpin upacara-upacara ritual perkawinan dll. Sebelum dilantik para dukun harus lulus ujian dengan cara menghafal dan membacakan mantra-mantra.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai daerah endapan lava tanahnya cukup subur tumbuh berbagai macam tumbuhan langka diantaranya rumput-rumputan, pinus merkusii, cemara, dan edelweiis (Anavalis sp.) serta berbagai jenis tumbuhan tropis yang lain.

Berbagai satwa yang hidup di kawasan Bromo Tengger Semeru antara lain : Babi hutan (Sus Scrafa) Rusa Timur (Cervus Timorensis), Serigala dan bajing terbang, macan tutul, trenggiling (mani para manis javanicus) serta berbagai jenis spesies burung.[bj1]

Kamis, 16 Agustus 2007

Ban Mobil Ditembak Gaji Rp 80 Juta Amblas

Kamis, 16/08/2007 19:00 WIB
www.beritajatim.com

Reporter : Teddy Ardianto

Gresik - Kejahatan jalanan dengan modus tembak ban mulai marak di wilayah hukum Polres Gresik dan sekitarnya meski polisi sebelumnya telah menembak tersangka penjambretan.

Korbannya kali ini adalah Dirman Banjarnahor, 28, karyawan PT Paesa Pasindo Eng, kontraktor rusunawa Gulomantung sekitar pukul 10.23 WIB usai mengambil gaji di BNI jalan Veteran Gresik.

Saat itu, Dirman, mengambil gaji di BNI. Bersama sopir Hendrik Agusman Nasution, 28, warga Jln Awikoen Madya, Dending, Kebomas, keduanya mengendarai mobil Mitsubishi Kuda Grandia B 8842 XP.

Dirman yang warga Perum Guru Blok C 8/15 C Durenjaya, Bekasi Timur, minta kepada Hendrik menempuh jalur Kapten Dulasim.

Pengakuan Hendrik, pas di area parkir truk PT Varia Usaha, tiba-tiba ban belakang sebelah kiri gembos karena kena paku payung. "Saya pun berhenti dan turun. Ternyata ban belakang memang gembos. Saya pun mengambil kunci untuk mengganti ban," terang Hendrik kepada polisi.

Dirman pun turun. Tiba-tiba datang dua orang yang tidak dikenal yang mengendarai motor Yamaha King masuk dan mengambil uang yang ditaruh di atas dasbord.

"Setelah mengambil uang untuk gaji penggarapan proyek rusunawa itu, mereka kabur dengan motornya ke arah selatan ke jalur Surabaya ," Tutur Dirman.

Kapolsek Kebomas AKP Agus Setya Basuki S,sos membenarkan kejadian tersebut, dan modusnya menembak ban, begitu korban turun tas berisa uang langsung digasak."Anggota kami dengan Polres terus melakukan pengejaran. Kami sudah tahu ciri-ciri pelaku, doakan cepat tertangkap " ujar mantan Kaur Bin Ops Reskrim Polresta Surabaya Selatan itu.

Teks Foto : Mobil Korban di TKP

Selasa, 14 Agustus 2007

KPK Tangkap Kepala BPN Surabaya

Selasa, 14/08/2007 15:54 WIB
www.beritajatim.com
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Kepala Badan Pertanahan Surabaya HM Khudlori ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah tertangkap basah menerima suap.

HM Khudlori ditangkap di Hotel Sommerset Surabaya saat melakukan 'transaksi' dengan warga Keputih, Senin (13/8/2007). Dalam transaksi itu warga Keputih menyerahkan uang Rp 20 juta sebagai uang muka syarat untuk mempercepat keluarnya sertifikat.

Warga Keputih Tambak Timur yang sebelumnya menghubungi KPK berusaha menjebak Kepala BPN Surabaya itu. Saat itu transaksi akan dilakukan di sebuah wartel di jalan tol, namun dibatalkan.

Lokasi transaksi kemudian dipindahkan oleh HM Khudlori ke Hotel Sommerset. Sekitar pukul 20.00 tadi malam akhirnya transaksi dilakukan dan petugas KPK langsung menangkapnya.

Kasus ini kemudian diserahkan KPK ke Polda Jatim. "Barang bukti Rp 20 juta sudah kami amankan dan pelaku sedang dalam pemeriksaan," ujar Kasat Pidana Korupsi Polda Jatim AKBP Setija Junianta, Selasa (14/8/2007).

Soal kelanjutan kasus ini, kata Setija, masih menunggu penyidikan lebih lanjut. "Soal ditahan atau tidak masih menunggu hasil penyidikan," pungkasnya.[gus]
---------------

Kepala BPN Surabaya Ditangkap
Minta Rp 675 Juta untuk Urus Sertifikat 45.000 Meter Persegi
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Kepala Badan Pertanahan Surabaya HM Khudlori yang ditangkap KPK setelah terbukti menerima suap ternyata meminta uang sebesar Rp 675 juta kepada warga Keputih Tambak Timur untuk pengurusan sertifikat tanah seluas 45.000 meter persegi.

Menurut Direktur Pengaduan KPK Handoyo Sudrajat kepada wartawan setelah bertemu dengan Kapolda Jatim, warga melapor ke KPK setelah Kepala BPN Surabaya meminta imbalan untuk pengurusan sertifikat.

"Dari laporan itu KPK akhirnya bergerak dan menangkap saat transaksi dengan warga. Saat itu uang Rp 20 juta hanya sebagai uang muka," ujar Handoyo, Selasa (14/8/2007).

Usai menangkap HM Khudlori tersebut KPK kemudian menyerahkan kasus ini ke Polda Jatim. Kasus ini kini sedang ditangani Satuan Pidan Korupsi Ditreskrim Polda Jatim.

Sebagaimana diketahui, HM Khudlori ditangkap di Hotel Sommerset saat menerima uang muka dari warga sebesar Rp 20 juta pada Senin (13/8/2007) kematin malam.[gus]

Senin, 13 Agustus 2007

Demo Petrochina

Senin, 13/08/2007 19:05 WIB
www.beritajatim.com
Tuntut Jaminan, Massa Blokir Eksplorasi Minyak Manyar Gresik
Reporter : Teddy Ardianto

Gresik - Selain menggelar aksi di PT Tri Patra sebanyak 15 warga Desa Sidomukti, Kecamatan Manyar, juga mengadakan aksi unjuk rasa kegiatan eksplorasi Joint Operation Body PT Pertamina-Petrochina East Java (JOB PPEJ) jalan Raya Manyar Desa Sidomukti Kecamatan Manyar Gresik.

Aksi yang dimulai sekitar pukul 15.30 warga setempat memblokir pintu masuk reklamasi dengan memblokade dengan membentangkan spanduk bertuliskan 'Jangan Jadikan Manyar Sebagai Lapindo ke 2 '.

Spanduk lain bertuliskan " Lebih Damai Hidup Bersih Dengan Udara Bersih daripada Menyerah kepada Petrochina Yang Menyebar Polusi". Ada juga spanduk berisi "Stop Eksplorasi."

Melihat kedatangan massa, pekerja dari rekanan JOB PPEJ tidak mampu berbuat banyak. Mereka hanya melihat dan mengawasi, massa menutup pintu masuk lokasi reklamasi.

Saat aksi berlangsung, Yudha alihamnsyah, staf Humas JOB PPEJ menemui perwakilan massa. Yudha menemui Entis Sutisna, Korlap warga.

Dalam pertemuan di depan pintu masuk, warga menginginkan jaminan dari JOB PPEJ. Diantaranya apabila terjadi tragedi lumpur seperti Lapindo mereka harus bertanggungjawab. Kedua, menagih janji JOB PPEJ untuk memberikan kompensasi kepada 13 petani penggarap tambak sekitar lokasi seluas 34 hektar.

"Manajemen JOB PPEJ pernah menjanjikan kompensasi berupa uang kepada petani penggarap beberapa hari lalu. Namun hingga belum terealisir. Kemudian mengapa persoalan kesepatakan tidak pernah disosialisasikan," ujar Entis.(ted,bj0)

Pasuruan Blast

Senin, 13/08/2007 18:23 WIB
www.beritajatim.com
Buru Nadir, Polda Turunkan Tim Khusus
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya- Polisi mengejar Nadir, salah satu tersangka bom Pasuruan yang saat ini tengah diburu di beberapa kota Jawa Timur seperti Jember, Situbondo dan Surabaya.

Tim khusus satuan kejahatan dan kekerasan Polda Jatim juga ikut mengejar pelaku yang diduga mengetahui asal pembelian bahan peledak.

Kabar terakhir setelah melarikan diri Nadhir singgah ke beberapa kerabat dekatnya di Pasuruan, namun setelah itu melarikan diri menuju ke Surabaya dan kabar terakhir berada di wilayah Jember dan sekitarnya.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Pudji Astuti menjelaskan polisi masih melacak persembunyian tersangka Nadir di sejumlah tempat.

"Dari tersangka Nadir dapat diketahui lebih jauh asal bahan peledak yang sangat banyak itu," kata Pudji Astuti kepada wartawan di Mapolda Jatim, Senin (13/8/2007).

Ditambahkannya, hingga kini tersangka yang ditetapkan kepolisian masih lima orang yaitu H Ilham, Nadir serta tiga orang kerabatnya Mansur, Marsiti dan Yusuf. "Jika Nadir tertangkap bisa saja tersangka lainnya bertambah," imbuh Pudji Astuti. (bj2)

Sabtu, 11 Agustus 2007

Wartawan Dan Kapitalisme

Kalo wartawan sedih, dan kehilangan semangat ada Catatan Pinggir Goenawan Mohamad:

Maria

"SAYA merasa seperti telah mendapatkan gelar Ph.D. dalam
soal kematian," ia berkata.

Namanya Maria Jimena Duzan. Umurnya baru 32 tahun, tapi ia
memang tahu apa artinya kematian. Sebab, Maria adalah seorang wartawan yang bekerja di harian El Espectador. Koran ini koran tertua di Kolombia, dan tahu apa artinya harga diri.


Tanggal 24 Agustus 1989, suatu kekuatan hitam di negeri itu -- para pengusaha obat bius telah memaklumkan perang yang "total" kepada media massa. Dan El Espectador adalah sebuah sasaran spesial.

Soalnya, surat kabar itu memutuskan untuk terus mencari tahu, kemudian menuliskan, apa sebenarnya yang terjadi di dalam kehidupan di negeri itu.

Pedalaman Kolombia dalam beberapa tahun terakhir memang jadi
sarang obat bius, bisnis milyaran dolar yang pelan-pelan menghancurkan manusia itu. Para juragannya pun menguasai
ekonomi, dan kemudian juga menguasai senjata. Bahkan mereka
bisa membeli pengaruh di kalangan militer dan polisi.

Syahdan, ketika ada yang mencoba menentang, anjing-anjing perang mereka pun menyalak. Sudah dua calon presiden mereka tembak. Dan ketika El Espectador dan media lain mencoba menyelidiki bagaimana jalinan hitam itu bekerja, dengan cepat sejumlah wartawan pun mati terbunuh.


Hasilnya mengerikan: El Espectador kehilangan seluruh tim reporter
investigasinya. Bahkan juga redakturnya, Guillermo Cano. Semua mati.

Maria Jimena Duzan memang selamat -- tapi betapa tak mudahnya. Lima koleganya sudah gugur. Ia sendiri diancam, karena dialah yang membongkar hubungan antara pengusaha obat terlarang itu dan sejumlah perwira tentara.


Sejak itu dia harus dikawal. Tapi adiknya, Sylvia, seorang wartawan di media lain, jadi korban ketika ia sedang mewawancarai sejumlah pemimpin tani di sebuah restoran, tiga orang masuk dan menyemprotkan senapan mesin. Sylvia roboh, untuk
selama-lamanya.

Kantor El Espectador juga dibom, dan Maria akhirnya lari ke
Prancis, hidup sebagai orang di pengasingan, yang sedih,
marah, dendam. Tapi koran-koran terus bertahan, juga El
Espectador.


Di tengah teror itu mereka terus bekerja, terus mengungkapkan apa yang harus diungkapkan, meskipun para pemasang iklan menarik diri ikut ketakutan dan tiap orang dari penerbitan itu tahu bahwa besok ia mungkin kena bedil atau ledakan.

Untuk apa? Untuk apa terus jadi wartawan dalam keadaan
seperti itu? Jawabnya, bagi para wartawan Kolombia karena
suatu masyarakat akan hancur sendi-sendinya bila sebuah
kekuasaan (yang tak mau sedikit pun diberi tahu
ekses-eksesnya sendiri) bisa menggertak semua orang untuk
ikut berbohong.


Para wartawan Kolombia menunjukkan sejelas-jelasnya bahwa menulis berita tak berarti sekadar memperdagangkan informasi. Menulis berita yang benar adalah sebuah ikhtiar menjaga agar manusia tetap jadi manusia, bukan anjing.

Pers memang sebuah perdagangan. Ia menjual jasanya kepada
publik. Tapi bisnis pers bukanlah bisnis yang sama dengan
bisnis garmen atau pun udang. Sebuah surat kabar memang
harus tumbuh secara bisnis, tapi tujuan pertumbuhan itu
adalah untuk meluaskan kemampuannya melayani informasi untuk
khalayak ramai.


Sebuah usaha pers memang harus dapat untung -- laba adalah satu kriteria kemampuan manajemen -- tapi untung itu adalah buat memperbesar dana, guna memperlancar lalu lintas informasi, dan dengan begitu mencerdaskan bangsa. Sebuah koran, sebuah majalah, pada dasarnya adalah sebuah misi demokrasi.

Semua ini memang kabur kini. Bisnis media nampak menguntungkan, dan para wiraswasta pun terjun ke dalamnya baik untuk mendapatkan uang tambah atau, syukur-syukur, untuk prestise dan dagang sapi politik.


Macam Murdoch, raja media dari Australia itu? Tidak. "Beda antara Rupert Murdoch dan para majikan pers sekarang," kata seorang wartawan kawakan Amerika dalam seminar di Harvard bulan lalu, "ialah Murdoch bagaimanapun orang koran, dan punya cinta kepada dunia koran. Sedang para majikan baru itu hanya melihat koran
sebagai ia melihat produk industrinya yang lain seperti
kecap dan ban mobil, misalnya." Itulah penjelasan, kata wartawan itu, mengeluh, kenapa mutu pers Amerika (Indonesia juga yaa)belakangan ini mundur.


Tapi bukan cuma para pemilik modal yang jadi biang keladi. Kini pekerjaan wartawan sangat mudah tergoda untuk jadi empuk dan berlemak: si wartawan kian biasa hidup enak, hingga setiap ancaman
atau gangguan kepada nikmat hidup itu akan langsung dihindari.


Maka, ia pun akan rela untuk melakukan hampir apa saja -- untuk membagi dusta atau setengah dusta, untuk serba keder kepada kesulitan hidup dan ancaman pemberangusan atau pemecatan. Maka, jurnalisme pun, kata sebuah ejekan, telah membuktikan diri "jadi profesi tertua dalam sejarah -- seperti halnya pelacuran".

Tentu saja berlebihan. Setidaknya masih ada Maria dan para
wartawan Kolombia: mereka, yang di luar kemauan sendiri, telah mendapatkan gelar Ph.D. dalam hal kematian.


Goenawan Mohamad
(Catatan Pinggir GM, Juni 1990)

Rabu, 08 Agustus 2007

Menkumham: Keturunan Tionghoa Bisa Jadi Presiden

Rabu, 08/08/2007 21:11 WIB
www.beritajatim.com

Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi Mattalatta mengisyratkan keturunan Tionghoa atau lainnya bisa menjadi presiden asal lahir di Indonesia dan mempunyai kewarganegaraan.

Penegasan itu disampaikan Andi saat acara dialog dan Silaturahmi Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia di gedung Srijaya jalan Mayjend Soengkono, Rabu (8/8/2008).

Penjelasan tersebut berkaitan dengan Pasal 6 UUD 45 yang telah diamandeman bahwa terkait dengan bunyi Presiden RI adalah orang Indonesia asli.

"Orang Indonesia asli tidak ada hubungannya dengan suku Jawa, Batak, Bugis, Sunda atau Madura. Tapi orang Indonesia asli itu adalah yang lahir di Indonesia," kata Andi yang disambut tepuk tangan riuh undangan.

Menurutnya jika ibunya orang Indonesia kemudian ayahnya Malayasia kemudian lahir di Indonesia maka dia disebut sebagai asli Indonesia. "Namun untuk menjadi presiden harus ada persyaratannya, dia harus dicintai rakyatnya," kata Andi Matalatta.

Menteri Hukum dan hak Asasi Manusia RI Andi Matalatta memberikan secara simbolis 38 akte kelahiran bagi anak hasil kawin campur.

Acara dengan tajuk silaturahmi dan dialog dengan Menteri Hukum dan HAM tersebut diikuti oleh sekitar 1000 warga keturunan baik dari Tionghoa, India, Arab tersebut berlangsung semarak.

Menurut ketua panitia Yos Wanto sebanyak 200 warga dari Surabaya, Jawa Tengah maupun Kalimantan juga datang untuk mendapat kewarganegaraan secara langsung.

"Acara ini akan terus digelar dan digalakkan agar masyarakat keturunan Tionghoa bisa mendapatkan kewarganegaraan secara langsung," katanya. [ted/gus]


Senin, 06 Agustus 2007

Sadis...Kepala Dicangkul Motor Dirampas

Senin, 06/08/2007 19:47 WIB
www.beritajatim.com

Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Satuan Jatanras Polda Jatim menangkap dua tersangka pembunuh sadis Muhamad Hari (24) warga Desa Pundut Teratai Kecamatan Benjeng Gresik.

Kedua tersangka yang ditangkap polisi masing-masing Abdul Rohim (32) warga Desa Pundut Teratai Gresik dan Supita (22) warga Kecamatan Cerme Gresik.

Penangkapan kedua tersangka setelah polisi menerima laporan dari Polsek Benjeng atas nama Nuradi keluarga M Hari yang hilang sejak tanggal 27 Juli lalu.

Serta LP dari Polsek Kebomas Gresik tentang penemuan jenazah seorang lelaki di sekitar sebuah sawah kecamatan Kebomas Gresik.

"Kami kemudian menangkap kedua tersangka pembunuh M Hari," kata Wahyu W Harjanto Kanit Jatanras Polda Jatim kepada wartawan di kantornya, Senin (6/8/2007).

Dari pengakuan Abdul Rohim sejak tanggal 27 lalu mengajak M Hari bersama pacarnya Supita untuk jalan-jalan boncengan tiga dengan motor Vega R.

"Di tengah perjalanan dan persawahan kawasan Kebomas Gresik M Hari minta berhenti karena buang air besar," kata Wahyu. Saat buang air besar itu timbul niat jahat di kepala Abdul Rohim untuk mengambil sepeda motor milik M Hari," terang Wahyu.

Saat itulah Abdul Rohim kemudian mengandap-endap membawa cangkul mencari M Hari yang sedang buang air besar di sawah Kebomas Gresik. "Tersangka kemudian membacok dengan cangkul sebanyak 5 kali dikepala M hari hingga tewas," imbuh Wahyu.

Setelah korban tidak bernyawa Abdul Rohim kemudian pulang ke rumahnya bersama Supita yang telah menjaga sepeda motor di dekat jalan. "Keesokan harinya Abdul Rohim menjual sepeda motor di Jalan Demak Surabaya dengan harga Rp 1,5 juta," imbuh Wahyu.

Uang hasil penjualan sepeda motor tersebut digunakan untuk foya-foya dengan pacarnya dan chek in di sebuah wisma kelas hingga Rp 600 ribu. "Sisanya Rp 900 ribu telah kami sita," kata Wahyu.

Akibat perbuatannnya itu tersangka diancam dengan pasal berlapis berlapis yakni pasal 338 dan 340 tentang kejahatan terhadap nyawa orang lain serta pasal 365 KUHP tentang curas ancaman hukuman 15 tahun penjara.

Polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti diantaranya cangkul, baju milik kedua tersangka, Helm serta STNK sepeda motor.[ted/gus]

Teks Foto:
AKP Wahyu W Harjanto menunjukkan barang bukti

Tahan Banyak Pejabat

www.beritajatim.com
Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Marwan Effendy SH mengaku tidak ingin berlama-lama di Jatim dan telah mengajukan pindah ke Kejagung. Lho ada apa Pak?

Namun permintaan Marwan Effendy ternyata tidak dituruti oleh Kejagung Hendarman Supanji dan meminta mantan Aspissus Kejati DKI Jakarta itu tetap menduduki posisinya sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Jatim.

"Saya sudah banyak menahan orang di Jatim dan ingin pindah ke Kejagung," kata Marwan Effendy terus terang kepada wartawan usai rilis Hari Adhyaksa akhir pekan lalu.

Marwan mengaku permintaan pindah itu tidak didasari serangan dari musuh-musuhnya yang tidak suka dengan sepak terjangnya dalam mengungkap borok korupsi. "Saya ingin jadi staf di Kejagung saja," imbuh Marwan.

Dijelaskan, terkait dengan kasus plagiat doktornya di Unpad yang diungkap M Sholeh, Kepala Kejaksaan Agung RI mengaku telah mengetahuinya. "Sudah lama Pak Kajagung tahu dan hal itu biasa dalam mengungkap kasus korupsi," imbuhnya.

Ibaratnya Marwan berani melawan pejabat yang korupsi tanpa tedeng aling-aling itu sesuai dengan pepatah Melayu. "Kalau takut dengan gemuruh ombak di pantai jangan membuat rumah di pinggir laut," jelasnya. [ted/zaq]

Kisah Datuk Sang Paranormal (3-habis)

Sabtu, 04/08/2007 18:58 WIB

Istri Kedua Tewas Secara Misterius
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Nama Datuk Iksan Marsudi bukan nama asing di belantara KDRT karena sudah keempat kali ini masuk penjara berurusan dengan polisi gara-gara menyiksa istrinya.

Di ruangan sel Polres Surabaya Utara Datuk terlihat santai dan tenang seolah tidak bersalah dengan apa yang diperbuatnya. Bahkan dirinya sudah hafal dengan tembok maupun kamar sel polisi karena sudah empat kali ditempat yang sama.

Menurut Kasatreskrim Polres Surabaya Utara AKP Andi Arisandi Datuk bukan orang baru dan sudah tahu kondisi sel yang dulu pernah ditempati.

"Dia juga banyak mengenal anggota karena sudah ering masuk penjara karena menyiksa istri keduanya," kata Andi Arisandi, Sabtu (4/8/2007).

Tidak seperti kasus KDRT lainnya yang selalu dikawal oleh sejumlah LSM perempuan, kasus Datuk minim pengawasan sehingga kerap lolos dari jeratan hukum.

Dari dua kali perkawinannya, Datuk hanya dikaruniai 2 anak dari istri pertama. Sayangnya, setelah dikaruniai anak, pada tahun 2002, Datuk bercerai dengan istrinya.

Setelah itu Datuk menikahi Hj Gaby yang usianya lebih tua dan kaya serta mempunyai rumah di darmo Permai Timur V yang saat kini ditempati Datuk.

Dalam perkawinan dengan Gaby ini, Datuk tidak diberi keturunan. Selain itu, Datuk juga suka menganiaya dan menyiksa Gaby hingga kekerasan dalam rumah tangga ini dilaporkan ke Polsek Tandes.

Sayangnya, setelah menghajar Gaby, Datuk memilih kabur. Polisi yang mengejar dan melacak keberadaannya, tidak membuah hasil karena Datuk seperti hilang ditelan bumi.

Beberapa waktu kemudian, Gaby, istri Datuk ditemukan mati mendadak di rumahnya. kasus ini pun ditangani Polres Surabaya Utara yang langsung memeriksa saksi, termasuk Datuk yang saat itu juga pulang dan memberi penghormatan terakhir kepada istrinya.

Saat pulang dan diperiksa sebagai saksi karena istrinya mati mendadak inilah, Datuk pun langsung diamankan berkaitan dengan laporan yang dibuat istrinya sebelum meninggal.

Tapi akhirnya kasus ini pun berakhir secara kekeluargaan. Pasalnya, keluarga Gaby sepakat tidak mempermasalahkan kasus tersebut karena Gaby sudah meninggal.

Tapi masalah tetap saja muncul karena aksi kekerasan yang dilakukan Datuk. Pasalnya, buntut meninggalnya Gaby, Datuk pun bersitegang dengan anak kandung Gaby karena rebutan warisan.

Akhirnya, Datuk pun ditangkap petugas Polda Jatim dan mendekam di penjara. Banyak yang menduga kalau Datuk menikahi Gaby juga karena tertarik dengan harta korban yang memang dikenal sebagai orang kaya.

Sekeluarnya dari penjara setelah bersitegang dengan anak tirinya, datuk kembali berurusan dengan polisi yaitu Polres Surabaya Selatan. Saat itu, sekitar 2 tahun lalu, Datuk dilaporkan mantan pembantunya yang disiksa dan sudah diajak berhubungan badan.

Memang setelah lepas dari hukuman setelah bertengkar dengan anak tirinya, Datuk memilih tinggal di apartemen di wilayah Surabaya Selatan.

Sudah tiga kali berurusan dengan polisi, ternyata tidak membuat Datuk yang dikenal sebagai paranormal ini tetap saja melakukan penganiayaan dan menyiksa sesuka hatinya.

Sebenarnya, kekejaman yang dilakukan Datuk kepada Elik, korban terakhirnya ini sudah diketahui orangtua Elik yang juga calon mertua Datuk.

Dan setiap kali ditegur agar tidak suka berbuat kasar, Datuk pun meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Nyatanya, janji Datuk adalah janji di mulut saja karena persoalan sepele saja sudah bisa membuat laki-laki berwajah dingin ini kalap dan main hajar. [ted/gus]

Minggu, 05 Agustus 2007

Kisah Datuk Sang Paranormal (2)

Sabtu, 04/08/2007 12:33 WIB

Gunting dan Sapu Kerap Melayang di Tubuh Elik
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Siksaan Datuk terhadap Elik sangat luar biasa dan di luar batas. Kalau hanya pukulan tangan kosong, tamparan dan tendangan sudah sering dilakukan Datuk, panggilan Datuk Iksan Marsudi.

Datuk mungkin mempunyai perilaku aneh atau mungkin sebagai alat kekebalan tubuhnya karena telah dipengaruhi roh jahat sebagai paranormal. Saat menyiksa, sapu ijuk, gagang sapu dan gunting kerap melayang di tubuh Elik yang lemah itu.

Pernah suatu saat, di puncak rasa cemburunya karena merasa kekasihnya telah selingkuh dengan pembantu, Datuk menyeret Elik ke kamar mandi setelah sebelumnya memukul dan menendangnya berkali-kali. Di dalam kamar mandi tersebut, Datuk menggunting rambut Elik hingga pethal-pethal.

Puas menghajar Elik di kamar mandi, masih dengan cara menyeretnya, Datuk memaksa Elik kembali ke kamar tidur. Di dalam kamar ini, Datuk mengambil baygon dan menyemprotkan ke wajah Elik. Karuan, Elik pun mengaduh kesakitan karena matanya terasa sangat perih dan terasa panas.

Puas melampiaskan amarahnya, Datuk langsung pergi meninggakkan Elik sendirian di rumahnya yang megah tersebut. Puncaknya, pada hari Jumat tanggal 6 Juli 2007 pukul 00.15, Datuk kembali marah dan menghajar Elik.

Menjelang subuh, aksi kekerasan ini berhenti dan Datuk seperti biasanya langsung meninggalkan Elik yang masih mengerang kesakitan. Saat itulah Elik merasa kesabaran dan ketabahannya sudah mencapai batas dan memilih melarikan diri.

Beruntung, sekeluarnya dari rumah Datuk, Elik langsung ditolong seorang warga yang melintas dan langsung dibawa ke kantor Polres Surabaya Utara untuk lapor. Berdasar laporan inilah, akhirnya petugas pun mengejar Datuk yang sudah kabur. Beberapa tempat yang diperkirakan menjadi persembunyian Datuk sudah didatangi polisi, hingga akhirnya keberadaan Datuk pun diketahui.

Ternyata, Datuk sembunyi di rumah temannya yang dinas sebagai tentara. Datuk merasa di rumah temannya ini, dirinya akan aman dari sergapan petugas. Tapi perkiraan dan dugaannya salah karena pada hari rabu tanggal 11 Juli 2007, Datuk berhasil ditangkap saat hendak keluar bersama teman-temannya.

Kini Datuk harus mendekam di tahanan dengan tuduhan telah melakukan penganiayaan dan melanggar undang-undang perlindungan anak. Pasalnya, Elik yang menjadi korban ternyata masih berumur 16 tahun dan baru menginjak 17 tahun besok pada 22 Desember 2007. Ini dikuatkan dengan kartu keluarga milik keluarga Elik yang sudah ada di tangan penyidik. [ted/gus]

Teks Foto :
'Buah tangan' Datuk di tangan Elik.

Kisah Datuk Sang Paranormal (1)

Sabtu, 04/08/2007 11:27 WIB

Masuk Penjara 3 Kali Tak Kapok Lakukan KDRT
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Sudah tiga kali masuk penjara karena melakukan kekerasan rumah tangga namun tak membuat kapok Datuk Iksan Marsudi paranormal warga Darmo Permai Timur V Surabaya.

Selama enam bulan Elik Kurniasih asal Desa Bongan Kauh Kaja, Bongan Kabupaten Tabanan Bali hidup berumah tangga seperti hidup dalam kandang macan.

Ternyata laki-laki yang dicintainya itu sangat kejam, awalnya gadis ini menyimpan banyak harapan kepada laki-laki yang dicintainya walaupun lebih tua.

Tapi nyatanya, selama 6 bulan bersama dan tinggal serumah, baru diketahui kalau laki-laki yang diharapkan ternyata menyimpan kekejaman yang luar biasa. Tidak kuat menahannya, akhirnya gadis ini pun memilih membawa kekerasan yang dialaminya ke kantor polisi.

"Semoga saja tidak terjadi lagi. cukup sekali ini saja saya mengalaminya. Seperti ini saja rasanya sudah tidak tahan lagi," kata wanita yang sudah setahun merantau ke Surabaya.

Kesalahan sedikit saja sudah bisa membuatnya marah dan main pukul serta tendang. Padahal, apa yang dituduhkan kepada Elik, panggilan Elik Kuniasih ini hanya fitnah saja.

"Saya memang dituduh telah selingkuh dengan pembantu saya. Dan saya sudah katakan kalau itu tidak benar dan tidak mungkin, tapi dia tidak percaya dan tetap saja marah," terang Elik sambil memperlihatkan luka memar di wajah dan hampir di sekujur tubuhnya.

Kasatreskrim Polres Surabaya Utara AKP Andi Arisandi menjelaskan Datuk sudah menjadi residivis karena telah menganiaya istrinya bernama Gaby.

"Sekarang dia kami tahan karena istrinya yang kedua ini lapor ke polisi akibat disiksa Datuk," imbuh Agung saat dihubungi beritajatim.com, Sabtu (4/8/2007). [ted/gus]

Teks Foto:
Datuk si Paranormal

Kamis, 02 Agustus 2007

Hakim Masih Lemah

www.beritajatim.com
Reporter : Teddy Ardianto

Banyaknya putusan ringan perkara korupsi yang dihasilkan Pengadilan Negeri karena masih lemahnya hakim dalam mencermati berita acara pemeriksaan (BAP) yang diserahkan kepada penyidik kejaksaan.

Posisi hakim dalam penegakan tindak pidana korupsi dinilai paling lemah secara fundamental dibandingkan aparat kepolisian dan kejaksaan.

Hal ini disampaikan Dr Yenti Garnasih SH MH, pakar hukum pencucian uang hasil korupsi dari Universitas Trisakti Jakarta saat menyampaikan materi workshop 'Urgensi Rancangan Undang-Undang (RUU) Pengadilan Khusus Tipikor' di Hotel Sheraton Surabaya Selasa (31/7) lalu.

"Harus ada sa sanksi bagi hakim tersebut karena tidak profesional dalam menjalankan sidang tindak pidana korupsi," katanya.

Menurut Istri Brigjen TNI Bambang Prasetyo, selain kurang profesionalisme hakim, Yenti juga melihat pengadilan tipikor saat ini belum dilakukan sesuai aturan. Salah satu indikasinya adalah belum dilakukannya ketentuan untuk bisa menyidangkan kasus tipikor tanpa kehadiran terdakwa.

"Sesuai ketentuannya jika terdakwa tidak diketahui keberadaannya atau buron tetap bisa digelar sidang dan hak terdakwa di muka sidang sudah hilang. Jadi kalau setelah putusan dia tertangkap, maka dia tidak bisa apa-apa lagi," imbuhnya.

Ibu dua anak ini menambahkan munculnya RUU Pengadilan Khusus Tipikor ini yang merupakan bentukan civil society menurut Yenti diharapkan bisa menjawab hal itu. Namun Yenti berharap agar proses pembuatan UU ini dilakukan dengan taat dan menghargai keberadaan Badan Pembinaan Hukum nasional (BPHN).

"Dengan adanya Pengadilan Tipikor nanti akan ada upaya pengembalian uang negara yang disimpan di bank luar negeri," katanya.

Pasalnya kata wanita yang meraih doktor studi pustaka di Washington University dengan sedikitnya 500 dokumen menjelaskan aset koruptor di luar negeri tidak bisa kembali utuh jika ditarik dari bank luar negeri.[ted/gus]