Sabtu, 25 Agustus 2007

Mountain Bromo







Bromo Sejuta Pesona

ANDA belum pernah ke Gunung Bromo? Jika belum, lekaslah berkunjung ke gunung yang pemandangannya menawan itu. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang letaknya di tengah-tengah wilayah Propinsi Jawa Timur luasnya 800 km2.

Bromo merupakan gunung berapi terbesar di Jawa Timur dan Gunung Semeru merupakan Gunung tertinggi di Pulau Jawa puncaknya berada pada ketinggian 3.676 m di atas permukaan laut.

Kaldera Tengger di puncak Gunung Bromo yang luasnya 10 km2 merupakan perpaduan antara lembah dan ngarai dengan panorama yang menakjubkan.

Kawah Bromo berada di bagian utara berketinggian 2.3382 m di atas permukaan laut masih aktif dan setiap saat mengeluarkan kepulan asap ke udara.

Suhu rata-rata di puncak Bromo antara 5 - 18 derajad Celcius. Bagian selatan merupakan dataran tinggi yang dipisahkan oleh lembah dan ngarai, danau-danau kecil yang membentang di kaki Gunung Semeru yang dirimbuni hutan dan pepohonan sungguh merupakan pesona alam yang mengagumkan.

Di kawasan wisata ini penduduknya dikenal dengan sebutan warga Tengger. Orang Tengger hidup dari bercocok tanam sayur-sayuran memiliki budaya yang khas, diyakini sebagai keturunan orang-orang Majapahit yang menyingkir saat Majapahit mengalami kemunduran bersamaan dengan menyebarnya agama Isalm di Jawa.

Meski tidak memiliki candi, menurut keputusan Parisada Hindu Darma masyarakat Tengger memeluk agama Budha Mahayana. Dalam melakukan upacara, namun dalam peribadatan diadakan di Poten, punden-punden atau danyang.

Pada malam ke-14 Bulan Kasada Masyarakat Tengger penganut Agama Hindu (Budha Mahayana menurut Parisada Hindu Jawa Timur) berbondong-bondong menuju puncak Gunung Bromo, dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai hasil pertanian, ternak dan sebagainya.

Bawaan hasil bumi itu lalu dilemparkan ke kawah Gunung Bromo sebagai sesaji kepada Dewa Bromo yang dipercayainya bersemayam di Gunung Bromo. Upacara korban ini memohon aar masyarakat Tengger mendapatkan berkah dan diberi keselamatan oleh Yang Maha Kuasa.

Upacara Kasada diawali dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasan sendratari Rara Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari. Kemudian tepat pada pukul 24.00 dini hari diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat di poten lautan pasir Gunung Bromo.

Dukun bagi masyarakat Tengger merupakan pemimpin umat dalam bidang keagamaan, yang biasanya memimpin upacara-upacara ritual perkawinan dll. Sebelum dilantik para dukun harus lulus ujian dengan cara menghafal dan membacakan mantra-mantra.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai daerah endapan lava tanahnya cukup subur tumbuh berbagai macam tumbuhan langka diantaranya rumput-rumputan, pinus merkusii, cemara, dan edelweiis (Anavalis sp.) serta berbagai jenis tumbuhan tropis yang lain.

Berbagai satwa yang hidup di kawasan Bromo Tengger Semeru antara lain : Babi hutan (Sus Scrafa) Rusa Timur (Cervus Timorensis), Serigala dan bajing terbang, macan tutul, trenggiling (mani para manis javanicus) serta berbagai jenis spesies burung.[bj1]

Kamis, 16 Agustus 2007

Ban Mobil Ditembak Gaji Rp 80 Juta Amblas

Kamis, 16/08/2007 19:00 WIB
www.beritajatim.com

Reporter : Teddy Ardianto

Gresik - Kejahatan jalanan dengan modus tembak ban mulai marak di wilayah hukum Polres Gresik dan sekitarnya meski polisi sebelumnya telah menembak tersangka penjambretan.

Korbannya kali ini adalah Dirman Banjarnahor, 28, karyawan PT Paesa Pasindo Eng, kontraktor rusunawa Gulomantung sekitar pukul 10.23 WIB usai mengambil gaji di BNI jalan Veteran Gresik.

Saat itu, Dirman, mengambil gaji di BNI. Bersama sopir Hendrik Agusman Nasution, 28, warga Jln Awikoen Madya, Dending, Kebomas, keduanya mengendarai mobil Mitsubishi Kuda Grandia B 8842 XP.

Dirman yang warga Perum Guru Blok C 8/15 C Durenjaya, Bekasi Timur, minta kepada Hendrik menempuh jalur Kapten Dulasim.

Pengakuan Hendrik, pas di area parkir truk PT Varia Usaha, tiba-tiba ban belakang sebelah kiri gembos karena kena paku payung. "Saya pun berhenti dan turun. Ternyata ban belakang memang gembos. Saya pun mengambil kunci untuk mengganti ban," terang Hendrik kepada polisi.

Dirman pun turun. Tiba-tiba datang dua orang yang tidak dikenal yang mengendarai motor Yamaha King masuk dan mengambil uang yang ditaruh di atas dasbord.

"Setelah mengambil uang untuk gaji penggarapan proyek rusunawa itu, mereka kabur dengan motornya ke arah selatan ke jalur Surabaya ," Tutur Dirman.

Kapolsek Kebomas AKP Agus Setya Basuki S,sos membenarkan kejadian tersebut, dan modusnya menembak ban, begitu korban turun tas berisa uang langsung digasak."Anggota kami dengan Polres terus melakukan pengejaran. Kami sudah tahu ciri-ciri pelaku, doakan cepat tertangkap " ujar mantan Kaur Bin Ops Reskrim Polresta Surabaya Selatan itu.

Teks Foto : Mobil Korban di TKP

Selasa, 14 Agustus 2007

KPK Tangkap Kepala BPN Surabaya

Selasa, 14/08/2007 15:54 WIB
www.beritajatim.com
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Kepala Badan Pertanahan Surabaya HM Khudlori ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah tertangkap basah menerima suap.

HM Khudlori ditangkap di Hotel Sommerset Surabaya saat melakukan 'transaksi' dengan warga Keputih, Senin (13/8/2007). Dalam transaksi itu warga Keputih menyerahkan uang Rp 20 juta sebagai uang muka syarat untuk mempercepat keluarnya sertifikat.

Warga Keputih Tambak Timur yang sebelumnya menghubungi KPK berusaha menjebak Kepala BPN Surabaya itu. Saat itu transaksi akan dilakukan di sebuah wartel di jalan tol, namun dibatalkan.

Lokasi transaksi kemudian dipindahkan oleh HM Khudlori ke Hotel Sommerset. Sekitar pukul 20.00 tadi malam akhirnya transaksi dilakukan dan petugas KPK langsung menangkapnya.

Kasus ini kemudian diserahkan KPK ke Polda Jatim. "Barang bukti Rp 20 juta sudah kami amankan dan pelaku sedang dalam pemeriksaan," ujar Kasat Pidana Korupsi Polda Jatim AKBP Setija Junianta, Selasa (14/8/2007).

Soal kelanjutan kasus ini, kata Setija, masih menunggu penyidikan lebih lanjut. "Soal ditahan atau tidak masih menunggu hasil penyidikan," pungkasnya.[gus]
---------------

Kepala BPN Surabaya Ditangkap
Minta Rp 675 Juta untuk Urus Sertifikat 45.000 Meter Persegi
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Kepala Badan Pertanahan Surabaya HM Khudlori yang ditangkap KPK setelah terbukti menerima suap ternyata meminta uang sebesar Rp 675 juta kepada warga Keputih Tambak Timur untuk pengurusan sertifikat tanah seluas 45.000 meter persegi.

Menurut Direktur Pengaduan KPK Handoyo Sudrajat kepada wartawan setelah bertemu dengan Kapolda Jatim, warga melapor ke KPK setelah Kepala BPN Surabaya meminta imbalan untuk pengurusan sertifikat.

"Dari laporan itu KPK akhirnya bergerak dan menangkap saat transaksi dengan warga. Saat itu uang Rp 20 juta hanya sebagai uang muka," ujar Handoyo, Selasa (14/8/2007).

Usai menangkap HM Khudlori tersebut KPK kemudian menyerahkan kasus ini ke Polda Jatim. Kasus ini kini sedang ditangani Satuan Pidan Korupsi Ditreskrim Polda Jatim.

Sebagaimana diketahui, HM Khudlori ditangkap di Hotel Sommerset saat menerima uang muka dari warga sebesar Rp 20 juta pada Senin (13/8/2007) kematin malam.[gus]

Senin, 13 Agustus 2007

Demo Petrochina

Senin, 13/08/2007 19:05 WIB
www.beritajatim.com
Tuntut Jaminan, Massa Blokir Eksplorasi Minyak Manyar Gresik
Reporter : Teddy Ardianto

Gresik - Selain menggelar aksi di PT Tri Patra sebanyak 15 warga Desa Sidomukti, Kecamatan Manyar, juga mengadakan aksi unjuk rasa kegiatan eksplorasi Joint Operation Body PT Pertamina-Petrochina East Java (JOB PPEJ) jalan Raya Manyar Desa Sidomukti Kecamatan Manyar Gresik.

Aksi yang dimulai sekitar pukul 15.30 warga setempat memblokir pintu masuk reklamasi dengan memblokade dengan membentangkan spanduk bertuliskan 'Jangan Jadikan Manyar Sebagai Lapindo ke 2 '.

Spanduk lain bertuliskan " Lebih Damai Hidup Bersih Dengan Udara Bersih daripada Menyerah kepada Petrochina Yang Menyebar Polusi". Ada juga spanduk berisi "Stop Eksplorasi."

Melihat kedatangan massa, pekerja dari rekanan JOB PPEJ tidak mampu berbuat banyak. Mereka hanya melihat dan mengawasi, massa menutup pintu masuk lokasi reklamasi.

Saat aksi berlangsung, Yudha alihamnsyah, staf Humas JOB PPEJ menemui perwakilan massa. Yudha menemui Entis Sutisna, Korlap warga.

Dalam pertemuan di depan pintu masuk, warga menginginkan jaminan dari JOB PPEJ. Diantaranya apabila terjadi tragedi lumpur seperti Lapindo mereka harus bertanggungjawab. Kedua, menagih janji JOB PPEJ untuk memberikan kompensasi kepada 13 petani penggarap tambak sekitar lokasi seluas 34 hektar.

"Manajemen JOB PPEJ pernah menjanjikan kompensasi berupa uang kepada petani penggarap beberapa hari lalu. Namun hingga belum terealisir. Kemudian mengapa persoalan kesepatakan tidak pernah disosialisasikan," ujar Entis.(ted,bj0)

Pasuruan Blast

Senin, 13/08/2007 18:23 WIB
www.beritajatim.com
Buru Nadir, Polda Turunkan Tim Khusus
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya- Polisi mengejar Nadir, salah satu tersangka bom Pasuruan yang saat ini tengah diburu di beberapa kota Jawa Timur seperti Jember, Situbondo dan Surabaya.

Tim khusus satuan kejahatan dan kekerasan Polda Jatim juga ikut mengejar pelaku yang diduga mengetahui asal pembelian bahan peledak.

Kabar terakhir setelah melarikan diri Nadhir singgah ke beberapa kerabat dekatnya di Pasuruan, namun setelah itu melarikan diri menuju ke Surabaya dan kabar terakhir berada di wilayah Jember dan sekitarnya.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Pudji Astuti menjelaskan polisi masih melacak persembunyian tersangka Nadir di sejumlah tempat.

"Dari tersangka Nadir dapat diketahui lebih jauh asal bahan peledak yang sangat banyak itu," kata Pudji Astuti kepada wartawan di Mapolda Jatim, Senin (13/8/2007).

Ditambahkannya, hingga kini tersangka yang ditetapkan kepolisian masih lima orang yaitu H Ilham, Nadir serta tiga orang kerabatnya Mansur, Marsiti dan Yusuf. "Jika Nadir tertangkap bisa saja tersangka lainnya bertambah," imbuh Pudji Astuti. (bj2)

Sabtu, 11 Agustus 2007

Wartawan Dan Kapitalisme

Kalo wartawan sedih, dan kehilangan semangat ada Catatan Pinggir Goenawan Mohamad:

Maria

"SAYA merasa seperti telah mendapatkan gelar Ph.D. dalam
soal kematian," ia berkata.

Namanya Maria Jimena Duzan. Umurnya baru 32 tahun, tapi ia
memang tahu apa artinya kematian. Sebab, Maria adalah seorang wartawan yang bekerja di harian El Espectador. Koran ini koran tertua di Kolombia, dan tahu apa artinya harga diri.


Tanggal 24 Agustus 1989, suatu kekuatan hitam di negeri itu -- para pengusaha obat bius telah memaklumkan perang yang "total" kepada media massa. Dan El Espectador adalah sebuah sasaran spesial.

Soalnya, surat kabar itu memutuskan untuk terus mencari tahu, kemudian menuliskan, apa sebenarnya yang terjadi di dalam kehidupan di negeri itu.

Pedalaman Kolombia dalam beberapa tahun terakhir memang jadi
sarang obat bius, bisnis milyaran dolar yang pelan-pelan menghancurkan manusia itu. Para juragannya pun menguasai
ekonomi, dan kemudian juga menguasai senjata. Bahkan mereka
bisa membeli pengaruh di kalangan militer dan polisi.

Syahdan, ketika ada yang mencoba menentang, anjing-anjing perang mereka pun menyalak. Sudah dua calon presiden mereka tembak. Dan ketika El Espectador dan media lain mencoba menyelidiki bagaimana jalinan hitam itu bekerja, dengan cepat sejumlah wartawan pun mati terbunuh.


Hasilnya mengerikan: El Espectador kehilangan seluruh tim reporter
investigasinya. Bahkan juga redakturnya, Guillermo Cano. Semua mati.

Maria Jimena Duzan memang selamat -- tapi betapa tak mudahnya. Lima koleganya sudah gugur. Ia sendiri diancam, karena dialah yang membongkar hubungan antara pengusaha obat terlarang itu dan sejumlah perwira tentara.


Sejak itu dia harus dikawal. Tapi adiknya, Sylvia, seorang wartawan di media lain, jadi korban ketika ia sedang mewawancarai sejumlah pemimpin tani di sebuah restoran, tiga orang masuk dan menyemprotkan senapan mesin. Sylvia roboh, untuk
selama-lamanya.

Kantor El Espectador juga dibom, dan Maria akhirnya lari ke
Prancis, hidup sebagai orang di pengasingan, yang sedih,
marah, dendam. Tapi koran-koran terus bertahan, juga El
Espectador.


Di tengah teror itu mereka terus bekerja, terus mengungkapkan apa yang harus diungkapkan, meskipun para pemasang iklan menarik diri ikut ketakutan dan tiap orang dari penerbitan itu tahu bahwa besok ia mungkin kena bedil atau ledakan.

Untuk apa? Untuk apa terus jadi wartawan dalam keadaan
seperti itu? Jawabnya, bagi para wartawan Kolombia karena
suatu masyarakat akan hancur sendi-sendinya bila sebuah
kekuasaan (yang tak mau sedikit pun diberi tahu
ekses-eksesnya sendiri) bisa menggertak semua orang untuk
ikut berbohong.


Para wartawan Kolombia menunjukkan sejelas-jelasnya bahwa menulis berita tak berarti sekadar memperdagangkan informasi. Menulis berita yang benar adalah sebuah ikhtiar menjaga agar manusia tetap jadi manusia, bukan anjing.

Pers memang sebuah perdagangan. Ia menjual jasanya kepada
publik. Tapi bisnis pers bukanlah bisnis yang sama dengan
bisnis garmen atau pun udang. Sebuah surat kabar memang
harus tumbuh secara bisnis, tapi tujuan pertumbuhan itu
adalah untuk meluaskan kemampuannya melayani informasi untuk
khalayak ramai.


Sebuah usaha pers memang harus dapat untung -- laba adalah satu kriteria kemampuan manajemen -- tapi untung itu adalah buat memperbesar dana, guna memperlancar lalu lintas informasi, dan dengan begitu mencerdaskan bangsa. Sebuah koran, sebuah majalah, pada dasarnya adalah sebuah misi demokrasi.

Semua ini memang kabur kini. Bisnis media nampak menguntungkan, dan para wiraswasta pun terjun ke dalamnya baik untuk mendapatkan uang tambah atau, syukur-syukur, untuk prestise dan dagang sapi politik.


Macam Murdoch, raja media dari Australia itu? Tidak. "Beda antara Rupert Murdoch dan para majikan pers sekarang," kata seorang wartawan kawakan Amerika dalam seminar di Harvard bulan lalu, "ialah Murdoch bagaimanapun orang koran, dan punya cinta kepada dunia koran. Sedang para majikan baru itu hanya melihat koran
sebagai ia melihat produk industrinya yang lain seperti
kecap dan ban mobil, misalnya." Itulah penjelasan, kata wartawan itu, mengeluh, kenapa mutu pers Amerika (Indonesia juga yaa)belakangan ini mundur.


Tapi bukan cuma para pemilik modal yang jadi biang keladi. Kini pekerjaan wartawan sangat mudah tergoda untuk jadi empuk dan berlemak: si wartawan kian biasa hidup enak, hingga setiap ancaman
atau gangguan kepada nikmat hidup itu akan langsung dihindari.


Maka, ia pun akan rela untuk melakukan hampir apa saja -- untuk membagi dusta atau setengah dusta, untuk serba keder kepada kesulitan hidup dan ancaman pemberangusan atau pemecatan. Maka, jurnalisme pun, kata sebuah ejekan, telah membuktikan diri "jadi profesi tertua dalam sejarah -- seperti halnya pelacuran".

Tentu saja berlebihan. Setidaknya masih ada Maria dan para
wartawan Kolombia: mereka, yang di luar kemauan sendiri, telah mendapatkan gelar Ph.D. dalam hal kematian.


Goenawan Mohamad
(Catatan Pinggir GM, Juni 1990)

Rabu, 08 Agustus 2007

Menkumham: Keturunan Tionghoa Bisa Jadi Presiden

Rabu, 08/08/2007 21:11 WIB
www.beritajatim.com

Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi Mattalatta mengisyratkan keturunan Tionghoa atau lainnya bisa menjadi presiden asal lahir di Indonesia dan mempunyai kewarganegaraan.

Penegasan itu disampaikan Andi saat acara dialog dan Silaturahmi Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia di gedung Srijaya jalan Mayjend Soengkono, Rabu (8/8/2008).

Penjelasan tersebut berkaitan dengan Pasal 6 UUD 45 yang telah diamandeman bahwa terkait dengan bunyi Presiden RI adalah orang Indonesia asli.

"Orang Indonesia asli tidak ada hubungannya dengan suku Jawa, Batak, Bugis, Sunda atau Madura. Tapi orang Indonesia asli itu adalah yang lahir di Indonesia," kata Andi yang disambut tepuk tangan riuh undangan.

Menurutnya jika ibunya orang Indonesia kemudian ayahnya Malayasia kemudian lahir di Indonesia maka dia disebut sebagai asli Indonesia. "Namun untuk menjadi presiden harus ada persyaratannya, dia harus dicintai rakyatnya," kata Andi Matalatta.

Menteri Hukum dan hak Asasi Manusia RI Andi Matalatta memberikan secara simbolis 38 akte kelahiran bagi anak hasil kawin campur.

Acara dengan tajuk silaturahmi dan dialog dengan Menteri Hukum dan HAM tersebut diikuti oleh sekitar 1000 warga keturunan baik dari Tionghoa, India, Arab tersebut berlangsung semarak.

Menurut ketua panitia Yos Wanto sebanyak 200 warga dari Surabaya, Jawa Tengah maupun Kalimantan juga datang untuk mendapat kewarganegaraan secara langsung.

"Acara ini akan terus digelar dan digalakkan agar masyarakat keturunan Tionghoa bisa mendapatkan kewarganegaraan secara langsung," katanya. [ted/gus]


Senin, 06 Agustus 2007

Sadis...Kepala Dicangkul Motor Dirampas

Senin, 06/08/2007 19:47 WIB
www.beritajatim.com

Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Satuan Jatanras Polda Jatim menangkap dua tersangka pembunuh sadis Muhamad Hari (24) warga Desa Pundut Teratai Kecamatan Benjeng Gresik.

Kedua tersangka yang ditangkap polisi masing-masing Abdul Rohim (32) warga Desa Pundut Teratai Gresik dan Supita (22) warga Kecamatan Cerme Gresik.

Penangkapan kedua tersangka setelah polisi menerima laporan dari Polsek Benjeng atas nama Nuradi keluarga M Hari yang hilang sejak tanggal 27 Juli lalu.

Serta LP dari Polsek Kebomas Gresik tentang penemuan jenazah seorang lelaki di sekitar sebuah sawah kecamatan Kebomas Gresik.

"Kami kemudian menangkap kedua tersangka pembunuh M Hari," kata Wahyu W Harjanto Kanit Jatanras Polda Jatim kepada wartawan di kantornya, Senin (6/8/2007).

Dari pengakuan Abdul Rohim sejak tanggal 27 lalu mengajak M Hari bersama pacarnya Supita untuk jalan-jalan boncengan tiga dengan motor Vega R.

"Di tengah perjalanan dan persawahan kawasan Kebomas Gresik M Hari minta berhenti karena buang air besar," kata Wahyu. Saat buang air besar itu timbul niat jahat di kepala Abdul Rohim untuk mengambil sepeda motor milik M Hari," terang Wahyu.

Saat itulah Abdul Rohim kemudian mengandap-endap membawa cangkul mencari M Hari yang sedang buang air besar di sawah Kebomas Gresik. "Tersangka kemudian membacok dengan cangkul sebanyak 5 kali dikepala M hari hingga tewas," imbuh Wahyu.

Setelah korban tidak bernyawa Abdul Rohim kemudian pulang ke rumahnya bersama Supita yang telah menjaga sepeda motor di dekat jalan. "Keesokan harinya Abdul Rohim menjual sepeda motor di Jalan Demak Surabaya dengan harga Rp 1,5 juta," imbuh Wahyu.

Uang hasil penjualan sepeda motor tersebut digunakan untuk foya-foya dengan pacarnya dan chek in di sebuah wisma kelas hingga Rp 600 ribu. "Sisanya Rp 900 ribu telah kami sita," kata Wahyu.

Akibat perbuatannnya itu tersangka diancam dengan pasal berlapis berlapis yakni pasal 338 dan 340 tentang kejahatan terhadap nyawa orang lain serta pasal 365 KUHP tentang curas ancaman hukuman 15 tahun penjara.

Polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti diantaranya cangkul, baju milik kedua tersangka, Helm serta STNK sepeda motor.[ted/gus]

Teks Foto:
AKP Wahyu W Harjanto menunjukkan barang bukti

Tahan Banyak Pejabat

www.beritajatim.com
Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Marwan Effendy SH mengaku tidak ingin berlama-lama di Jatim dan telah mengajukan pindah ke Kejagung. Lho ada apa Pak?

Namun permintaan Marwan Effendy ternyata tidak dituruti oleh Kejagung Hendarman Supanji dan meminta mantan Aspissus Kejati DKI Jakarta itu tetap menduduki posisinya sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Jatim.

"Saya sudah banyak menahan orang di Jatim dan ingin pindah ke Kejagung," kata Marwan Effendy terus terang kepada wartawan usai rilis Hari Adhyaksa akhir pekan lalu.

Marwan mengaku permintaan pindah itu tidak didasari serangan dari musuh-musuhnya yang tidak suka dengan sepak terjangnya dalam mengungkap borok korupsi. "Saya ingin jadi staf di Kejagung saja," imbuh Marwan.

Dijelaskan, terkait dengan kasus plagiat doktornya di Unpad yang diungkap M Sholeh, Kepala Kejaksaan Agung RI mengaku telah mengetahuinya. "Sudah lama Pak Kajagung tahu dan hal itu biasa dalam mengungkap kasus korupsi," imbuhnya.

Ibaratnya Marwan berani melawan pejabat yang korupsi tanpa tedeng aling-aling itu sesuai dengan pepatah Melayu. "Kalau takut dengan gemuruh ombak di pantai jangan membuat rumah di pinggir laut," jelasnya. [ted/zaq]

Kisah Datuk Sang Paranormal (3-habis)

Sabtu, 04/08/2007 18:58 WIB

Istri Kedua Tewas Secara Misterius
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Nama Datuk Iksan Marsudi bukan nama asing di belantara KDRT karena sudah keempat kali ini masuk penjara berurusan dengan polisi gara-gara menyiksa istrinya.

Di ruangan sel Polres Surabaya Utara Datuk terlihat santai dan tenang seolah tidak bersalah dengan apa yang diperbuatnya. Bahkan dirinya sudah hafal dengan tembok maupun kamar sel polisi karena sudah empat kali ditempat yang sama.

Menurut Kasatreskrim Polres Surabaya Utara AKP Andi Arisandi Datuk bukan orang baru dan sudah tahu kondisi sel yang dulu pernah ditempati.

"Dia juga banyak mengenal anggota karena sudah ering masuk penjara karena menyiksa istri keduanya," kata Andi Arisandi, Sabtu (4/8/2007).

Tidak seperti kasus KDRT lainnya yang selalu dikawal oleh sejumlah LSM perempuan, kasus Datuk minim pengawasan sehingga kerap lolos dari jeratan hukum.

Dari dua kali perkawinannya, Datuk hanya dikaruniai 2 anak dari istri pertama. Sayangnya, setelah dikaruniai anak, pada tahun 2002, Datuk bercerai dengan istrinya.

Setelah itu Datuk menikahi Hj Gaby yang usianya lebih tua dan kaya serta mempunyai rumah di darmo Permai Timur V yang saat kini ditempati Datuk.

Dalam perkawinan dengan Gaby ini, Datuk tidak diberi keturunan. Selain itu, Datuk juga suka menganiaya dan menyiksa Gaby hingga kekerasan dalam rumah tangga ini dilaporkan ke Polsek Tandes.

Sayangnya, setelah menghajar Gaby, Datuk memilih kabur. Polisi yang mengejar dan melacak keberadaannya, tidak membuah hasil karena Datuk seperti hilang ditelan bumi.

Beberapa waktu kemudian, Gaby, istri Datuk ditemukan mati mendadak di rumahnya. kasus ini pun ditangani Polres Surabaya Utara yang langsung memeriksa saksi, termasuk Datuk yang saat itu juga pulang dan memberi penghormatan terakhir kepada istrinya.

Saat pulang dan diperiksa sebagai saksi karena istrinya mati mendadak inilah, Datuk pun langsung diamankan berkaitan dengan laporan yang dibuat istrinya sebelum meninggal.

Tapi akhirnya kasus ini pun berakhir secara kekeluargaan. Pasalnya, keluarga Gaby sepakat tidak mempermasalahkan kasus tersebut karena Gaby sudah meninggal.

Tapi masalah tetap saja muncul karena aksi kekerasan yang dilakukan Datuk. Pasalnya, buntut meninggalnya Gaby, Datuk pun bersitegang dengan anak kandung Gaby karena rebutan warisan.

Akhirnya, Datuk pun ditangkap petugas Polda Jatim dan mendekam di penjara. Banyak yang menduga kalau Datuk menikahi Gaby juga karena tertarik dengan harta korban yang memang dikenal sebagai orang kaya.

Sekeluarnya dari penjara setelah bersitegang dengan anak tirinya, datuk kembali berurusan dengan polisi yaitu Polres Surabaya Selatan. Saat itu, sekitar 2 tahun lalu, Datuk dilaporkan mantan pembantunya yang disiksa dan sudah diajak berhubungan badan.

Memang setelah lepas dari hukuman setelah bertengkar dengan anak tirinya, Datuk memilih tinggal di apartemen di wilayah Surabaya Selatan.

Sudah tiga kali berurusan dengan polisi, ternyata tidak membuat Datuk yang dikenal sebagai paranormal ini tetap saja melakukan penganiayaan dan menyiksa sesuka hatinya.

Sebenarnya, kekejaman yang dilakukan Datuk kepada Elik, korban terakhirnya ini sudah diketahui orangtua Elik yang juga calon mertua Datuk.

Dan setiap kali ditegur agar tidak suka berbuat kasar, Datuk pun meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Nyatanya, janji Datuk adalah janji di mulut saja karena persoalan sepele saja sudah bisa membuat laki-laki berwajah dingin ini kalap dan main hajar. [ted/gus]

Minggu, 05 Agustus 2007

Kisah Datuk Sang Paranormal (2)

Sabtu, 04/08/2007 12:33 WIB

Gunting dan Sapu Kerap Melayang di Tubuh Elik
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Siksaan Datuk terhadap Elik sangat luar biasa dan di luar batas. Kalau hanya pukulan tangan kosong, tamparan dan tendangan sudah sering dilakukan Datuk, panggilan Datuk Iksan Marsudi.

Datuk mungkin mempunyai perilaku aneh atau mungkin sebagai alat kekebalan tubuhnya karena telah dipengaruhi roh jahat sebagai paranormal. Saat menyiksa, sapu ijuk, gagang sapu dan gunting kerap melayang di tubuh Elik yang lemah itu.

Pernah suatu saat, di puncak rasa cemburunya karena merasa kekasihnya telah selingkuh dengan pembantu, Datuk menyeret Elik ke kamar mandi setelah sebelumnya memukul dan menendangnya berkali-kali. Di dalam kamar mandi tersebut, Datuk menggunting rambut Elik hingga pethal-pethal.

Puas menghajar Elik di kamar mandi, masih dengan cara menyeretnya, Datuk memaksa Elik kembali ke kamar tidur. Di dalam kamar ini, Datuk mengambil baygon dan menyemprotkan ke wajah Elik. Karuan, Elik pun mengaduh kesakitan karena matanya terasa sangat perih dan terasa panas.

Puas melampiaskan amarahnya, Datuk langsung pergi meninggakkan Elik sendirian di rumahnya yang megah tersebut. Puncaknya, pada hari Jumat tanggal 6 Juli 2007 pukul 00.15, Datuk kembali marah dan menghajar Elik.

Menjelang subuh, aksi kekerasan ini berhenti dan Datuk seperti biasanya langsung meninggalkan Elik yang masih mengerang kesakitan. Saat itulah Elik merasa kesabaran dan ketabahannya sudah mencapai batas dan memilih melarikan diri.

Beruntung, sekeluarnya dari rumah Datuk, Elik langsung ditolong seorang warga yang melintas dan langsung dibawa ke kantor Polres Surabaya Utara untuk lapor. Berdasar laporan inilah, akhirnya petugas pun mengejar Datuk yang sudah kabur. Beberapa tempat yang diperkirakan menjadi persembunyian Datuk sudah didatangi polisi, hingga akhirnya keberadaan Datuk pun diketahui.

Ternyata, Datuk sembunyi di rumah temannya yang dinas sebagai tentara. Datuk merasa di rumah temannya ini, dirinya akan aman dari sergapan petugas. Tapi perkiraan dan dugaannya salah karena pada hari rabu tanggal 11 Juli 2007, Datuk berhasil ditangkap saat hendak keluar bersama teman-temannya.

Kini Datuk harus mendekam di tahanan dengan tuduhan telah melakukan penganiayaan dan melanggar undang-undang perlindungan anak. Pasalnya, Elik yang menjadi korban ternyata masih berumur 16 tahun dan baru menginjak 17 tahun besok pada 22 Desember 2007. Ini dikuatkan dengan kartu keluarga milik keluarga Elik yang sudah ada di tangan penyidik. [ted/gus]

Teks Foto :
'Buah tangan' Datuk di tangan Elik.

Kisah Datuk Sang Paranormal (1)

Sabtu, 04/08/2007 11:27 WIB

Masuk Penjara 3 Kali Tak Kapok Lakukan KDRT
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya - Sudah tiga kali masuk penjara karena melakukan kekerasan rumah tangga namun tak membuat kapok Datuk Iksan Marsudi paranormal warga Darmo Permai Timur V Surabaya.

Selama enam bulan Elik Kurniasih asal Desa Bongan Kauh Kaja, Bongan Kabupaten Tabanan Bali hidup berumah tangga seperti hidup dalam kandang macan.

Ternyata laki-laki yang dicintainya itu sangat kejam, awalnya gadis ini menyimpan banyak harapan kepada laki-laki yang dicintainya walaupun lebih tua.

Tapi nyatanya, selama 6 bulan bersama dan tinggal serumah, baru diketahui kalau laki-laki yang diharapkan ternyata menyimpan kekejaman yang luar biasa. Tidak kuat menahannya, akhirnya gadis ini pun memilih membawa kekerasan yang dialaminya ke kantor polisi.

"Semoga saja tidak terjadi lagi. cukup sekali ini saja saya mengalaminya. Seperti ini saja rasanya sudah tidak tahan lagi," kata wanita yang sudah setahun merantau ke Surabaya.

Kesalahan sedikit saja sudah bisa membuatnya marah dan main pukul serta tendang. Padahal, apa yang dituduhkan kepada Elik, panggilan Elik Kuniasih ini hanya fitnah saja.

"Saya memang dituduh telah selingkuh dengan pembantu saya. Dan saya sudah katakan kalau itu tidak benar dan tidak mungkin, tapi dia tidak percaya dan tetap saja marah," terang Elik sambil memperlihatkan luka memar di wajah dan hampir di sekujur tubuhnya.

Kasatreskrim Polres Surabaya Utara AKP Andi Arisandi menjelaskan Datuk sudah menjadi residivis karena telah menganiaya istrinya bernama Gaby.

"Sekarang dia kami tahan karena istrinya yang kedua ini lapor ke polisi akibat disiksa Datuk," imbuh Agung saat dihubungi beritajatim.com, Sabtu (4/8/2007). [ted/gus]

Teks Foto:
Datuk si Paranormal

Kamis, 02 Agustus 2007

Hakim Masih Lemah

www.beritajatim.com
Reporter : Teddy Ardianto

Banyaknya putusan ringan perkara korupsi yang dihasilkan Pengadilan Negeri karena masih lemahnya hakim dalam mencermati berita acara pemeriksaan (BAP) yang diserahkan kepada penyidik kejaksaan.

Posisi hakim dalam penegakan tindak pidana korupsi dinilai paling lemah secara fundamental dibandingkan aparat kepolisian dan kejaksaan.

Hal ini disampaikan Dr Yenti Garnasih SH MH, pakar hukum pencucian uang hasil korupsi dari Universitas Trisakti Jakarta saat menyampaikan materi workshop 'Urgensi Rancangan Undang-Undang (RUU) Pengadilan Khusus Tipikor' di Hotel Sheraton Surabaya Selasa (31/7) lalu.

"Harus ada sa sanksi bagi hakim tersebut karena tidak profesional dalam menjalankan sidang tindak pidana korupsi," katanya.

Menurut Istri Brigjen TNI Bambang Prasetyo, selain kurang profesionalisme hakim, Yenti juga melihat pengadilan tipikor saat ini belum dilakukan sesuai aturan. Salah satu indikasinya adalah belum dilakukannya ketentuan untuk bisa menyidangkan kasus tipikor tanpa kehadiran terdakwa.

"Sesuai ketentuannya jika terdakwa tidak diketahui keberadaannya atau buron tetap bisa digelar sidang dan hak terdakwa di muka sidang sudah hilang. Jadi kalau setelah putusan dia tertangkap, maka dia tidak bisa apa-apa lagi," imbuhnya.

Ibu dua anak ini menambahkan munculnya RUU Pengadilan Khusus Tipikor ini yang merupakan bentukan civil society menurut Yenti diharapkan bisa menjawab hal itu. Namun Yenti berharap agar proses pembuatan UU ini dilakukan dengan taat dan menghargai keberadaan Badan Pembinaan Hukum nasional (BPHN).

"Dengan adanya Pengadilan Tipikor nanti akan ada upaya pengembalian uang negara yang disimpan di bank luar negeri," katanya.

Pasalnya kata wanita yang meraih doktor studi pustaka di Washington University dengan sedikitnya 500 dokumen menjelaskan aset koruptor di luar negeri tidak bisa kembali utuh jika ditarik dari bank luar negeri.[ted/gus]