Senin, 28 April 2008

Komnas HAM Desak Polisi-Jaksa Tuntaskan Kasus Lumpur Panas


www.beritajatim.com
Senin, 28/04/2008 14:58 WIB
Reporter : Teddy Ardianto

Surabaya- Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas-HAM) mendesak kepada polisi dan kejaksaan segera membawa kasus lumpur panas Porong ke pengadilan.

"Kami meminta kepada polisi dan kejaksaan segera mempercepat kasus Lapindo ke pengadilan," kata Syafrudin Ngulma Simeulue anggota Komnas HAM usai bertemu dengan pejabat Polda Jatim, Senin (28/04/2008).

Ditegaskannya kasus ditangani sejak dua tahun lalu tersebut hingga kini masih mengambang dan bolak-bolak dari kepolisian ke kejaksaan.

"Kasus Lapindo saat ini telah menjadi perhatian publik sehingga kedua lembaga penegakan hukum segera melakukan komunikasi agar tidak tersendat-sendat dalam menanganinya," kata Syafrudin.

Diakuinya masih banyak kendala terkait dengan berkas yang bolak-balik karena permintaan jaksa untuk memenuhi pemanggilan sejumlah saksi lagi.

"Kami akui proses pemanggilan saksi memerlukan waktu dan biaya hal itu tidak diketahui oleh masyarakat, namun kami berharap agar secepatnya dilakukan komunikasi di tingkat pimpinan," imbuhnya.

Terkait dengan dorongan dari Komnas, Syafrudin mengakui kedua lembaga menyambut baik dan akan segera menuntaskan kasus tersebut.

"Polda Jatim telah bersungguh-sungguh kasus ini segera selesai," imbuhnya.

Namun demikian Komnas HAM tak bisa melangkahi hukum terkait dengan penyidikan kasus Lapindo dan hanya bisa mendorong saja agar kasusnya cepat tuntas.[ted]

Sabtu, 19 April 2008

Jam Gadang Bukittinggi

Bukittinggi - Jam Gadang terletak di jantung kota Bukittinggi Sumatra Barat dengan arsitektur belanda dibangun tahun 1926 oleh arsitek Yazid dan Sutan Gigi Ameh.

Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (sekretaris kota) Rook Maker dan dilakukan peletakan batu pertama oleh putranya yang masih berumur 6 tahun.

Ukuran
* Diameter jam 80 Cm
* Denah Dasar 13 X 4 Meter
* Tinggi 26 Meter

Saat dibangun biaya seluruhnya mencapai 3.000 Gulden dengan penyesuaian dan renovasi dari waktu ke waktu.
Saat jaman Belanda dan pertama kali dibangun atapnya berbentuk bulat dan diatasnya berdiri patung ayam jantan.

Sedangkan saat masa jepang berubah lagi dengan berbentuk klenteng dan ketika Indonesia Merdeka berubah menjadi rumah adat Minangkabau.

Jumat, 11 April 2008

Gua Jepang Bukittinggi, Kekejaman Nippon PD II

Bukittinggi - Udara dingin, panorama indah dilingkungi perbukitan Ngarai Sihanouk, plus tanaman hijau yang menambah kesejukan membuat suasana Bukit tinggi sangat nyaman dan suejuk...

Dengan modal semacam itu, tidaklah salah jika Bukittinggi menjadi salah satu tujuan wisata yang mesti dikunjungi pelancong yang datang di Provinsi Sumatera Barat.

Ada beberapa tempat wisata juga di kabupaten yang pernah menjadi ibu kota negara RI kala perang masih berkecamuk. Salah satunya adalah Gua Jepang yang masih berada di areal pusat kota Bukittinggi.

Gua Jepang adalah bukti sejarah pendudukan Jepang yang masih tersisa hingga sekarang. Lubang gunung yang berdinding batu keras ini panjangnya puluhan meter.

Dengan rongga berbentuk setengah lingkaran yang rata-rata tingginya sekitar dua meter itu kecuali beberapa rongga yang memaksa para pengunjung membungkuk untuk melewatinya.Gua ini dulunya memiliki fungsi strategis bagi serdadu Jepang.

Lorong masuknya sangat dalam dan panjang. Ada sekitar 128 anak tangga untuk turun ke bawah sebelum akhirnya para pengunjung melewati ruang demi ruang Gua Jepang itu. Laksana 'rumah semut tanah', para pengunjung akan melewati beberapa lorong gua yang bercabang-cabang.

Memang tak begitu rumit bagi yang mengetahui gua ini, tapi buat orang yang belum pernah melintasinya lumayan membingungkan. Saat di dalam, pengunjung tak akan bisa membedakan antara pagi, siang, atau malam. Lorong-lorong diberi penerangan lampu neon.

"Gua ini panjang sebenarnya satu setengah kilometer, sekarang hanya sekitar 750 meter," ujar Ardian pemandu turun-temurun di lokasi tersebut.

Gua Jepang itu terbagi dalam beberapa kamar. Mulai dari lorong untuk rapat mereka, tempat makan hingga kamar para tahanan yang orang Indonesia.

Ada 12 barak militer, 12 tempat tidur, 6 buah ruang amunisi, dua ruang makan romusha dan satu ruang sidang. Yang unik adalah, karena lorong gua ini punya beberapa saluran untuk ke atas tanah, beberapa lorong dipakai sebagai lorong penyergapan dan pengintaian bagi para penduduk Indonesia yang kebetulan melintasi daerah itu.

"Ini tempat pengintaiannya. Setelah diintai, mereka masuk lewat lorong yang di situ, untuk menyergap," ujar Ardian.

Yang cukup mengagetkan, menurut Oki, selain dua lubang itu, ada sebuah lubang yang dijadikan untuk pembuangan para korban yang jelas telah berupa mayat.

"Ini lubangnya, tapi sudah diperkecil dengan semen agar tak berbahaya buat pengunjung sekarang. Kabarnya, dulu, di lubang ini pernah ada orang luar negeri yang jatuh terperosok," ujarnya.

Lumayan menyeramkan. Bila seseorang terperosok masuk lubang, ia akan langsung ke bibir jurang Ngarai Sihanok, dan kemudian menghilang untuk selamanya.


Gua yang ditemukan tahun 1942 hingga 1945 ini berisi banyak orang dari berbagai kepulauan di Indonesia yang menjadi tahanan di gua ini. Untuk menjaga kerahasiaan gua pada masa itu, orang Indonesia yang pernah datang akan dibungkam selamanya agar tak ada yang bisa bercerita atau bersaksi.

Di depan gua yang diresmikan sebagai objek wisata oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan pada tanggal 11 Maret 1986 itu, terdapat taman Panorama, yang selain berupa tempat yang rindang, juga tempat bercengkerama dan berjualan cenderamata. Taman yang merupakan bagian dari areal Ngarai Sianok ini dihiasi pepohonan. Kera-kera liar kerap muncul untuk mendapatkan makanan dari para pengunjung.

Yang menjadi pertanyaan pemandu kemanakah tanah bekas penggalian? Dengan Panjang yang mencapai hamapu sekilo itu pasti tanah bekas penggalian ada bekasnya. Jendral yang membangun gua juga tidak diketahui. Ketiga, Pemandu sendiri juga tidak punya referensi dan dan hanya cerita turun-menurun. Percaya Apa Tidak?